Cara Syekh Wahabi Memecah-Belah Islam


Jika Syekh-syekh Wahabi berkata terus terang kepada pengikutnya:“Ayo kita pecah-belah ummat Islam. Kita hina ummat Islam sebagai Ahlul Bid’ah, Sesat, Musyrik, Kafir, dsb. Kemudian kita bunuh ummat Islam”, niscaya para pengikut Wahabi yang awam pun selama masih lurus, akan lari terbirit-birit menjauhi para Syekh Wahabi tersebut.

Tapi jika Syekh-syekh Wahabi tersebut berkata: “Ayo kita murnikan Islam. Kita hidupkan Sunnah. Kita tegakkan Tauhid”, niscaya para pengikut Wahabi yang cerdas pun akan taqlid dan tertipu sehingga akhirnya mereka menghina ummat Islam lain yang mereka anggap tidak lurus dan sesuai “Sunnah” sebagai Ahlul Bid’ah, Sesat, Musyrik, Kafir, dsb. Kemudian mereka bunuh Muslim lainnya dengan alasan yang dibunuh adalah “Musuh Allah”. “Musuh Tauhid”.

Para pengikut Wahabi yang umumnya awam dan direkrut di kampus-kampus itu merasa mereka sudah mengikuti Al Qur’an dan Sunnah sesuai tafsiran guru mereka. Mereka meski baru belajar 1-2 tahun langsung dikarbit jadi da’i/ustad dengan memakai nama “Abu…” atau gelar lainnya. Padahal akhlak mereka masih kasar dan cara dakwahnya pun tidak baik karena mudah mengkafirkan dan ekstrim.

Di internet sering mereka memakai nama samaran. Mungkin karena malu pada teman dan keluarganya karena mereka sering menulis kata-kata yang tidak pantas. Padahal Allah melihatnya dan ada 2 malaikat yang mencatat perbuatannya.

Mereka seperti digambarkan oleh Nabi Muhammad membaca Al Qur’an dan Hadits, namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka. Hanya di mulut saja.

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771).

سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم

“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim).

يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء

“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)

Read more http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/


Wajah Wahabi yang galak bertentangan dgn Akhlaq Nabi yang mulia

Kalau Nabi melarang ummat Islam mengkafirkan sesama Muslim, kaum Wahabi ini justru gemar mengkafirkan sesama Muslim:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud).

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani).

Dari Abu Musa r.a., katanya: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, manakah kaum Muslimin itu yang lebih utama?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu yang orang-orang Islam lainnya merasa selamat daripada gangguan lisannya -yakni pembicaraannya- serta dari tangannya.” (Muttafaq ‘alaih).

Read more http://media-islam.or.id/2011/10/26/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-muslim/

Allah melarang ummat Islam mengolok-olok dan menghina sesama Muslim:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat 11].

[1409]. Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh. [1410]. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya. Nah Wahabi justru gemar melanggar perintah Allah di atas. Sebutan Ahlul Bid’ah dan sumpah serapah mereka lontarkan terhadap sesama Muslim. Bahkan pendiri Wahabi, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab yang diidolakan oleh para pengikutnya menuduh ummat Islam sekarang lebih Syirik daripada orang2 kafir Quraisy Mekkah yang musyrik menyembah berhala. Jahat bukan fitnah tersebut? Tak heran jika Syekh ini memerangi dan membunuh ummat Islam di Najd, Thaif, Mekkah, dan Madinah dengan alasan memerangi musuh Allah. Kalau ummat Islam di Mekkah dan Madinah adalah Musuh Allah, lalu ummat Islam yang benar ada di mana?

Nabi tidak pernah memfitnah ummat Islam sebagai musyrik/lebih musyrik daripada kaum kafir Mekkah yang syirik. Namun Syekh Wahabi memakai ayat-ayat Al Qur’an yang ditujukan kepada kaum kafir Mekkah untuk memfitnah ummat Islam dan membunuhnya.

Allah juga melarang ummat Islam untuk berburuk sangka atau su’u zhon karena itu dosa. Begitu pula melakukan ghibah:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 12].

Sebaliknya kaum Wahabi gemar melakukan Su’u Zhon dan “Menilai” Hati manusia. Orang yang berziarah kubur mereka sebut sebagai Musyrik penyembah kuburan. Begitu pula orang yang tawasul atau pun tahlilan.

Sekali lagi firman Allah di atas dilanggar oleh kaum Wahabi. Bagaimana bisa mereka “Menghidupkan Sunnah” atau mengaku “Ahlu Sunnah” sementara ayat-ayat Al Qur’an saja dengan terang-terangan mereka langgar?

Read more http://media-islam.or.id/2011/10/26/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-muslim/

Kalau kita pelajari sejarah Nabi, kita tahu Nabi lemah lembut terhadap sesama ummat Islam. Tidak pernah sekalipun Nabi memerangi ummat Islam. Bahkan Abdullah bin Ubay yang munafik pun, karena mengaku Muslim, Nabi tidak mau memeranginya.

Sebaliknya Wahabi ini gemar sekali memerangi sesama Muslim dan berteman dengan orang2 kafir. Muhammad bin Abdul Wahhab bersama Ibnu Su’ud dengan bantuan senjata Inggris memerangi “Musuh Allah” (baca: Ummat Islam) di Thaif, Mekkah, dan Madinah. Kemudian memerangi Turki dan Mesir. Jika kita baca biografi dari kelompok Wahabi sendiri ada disebut peperangan itu meski mereka samarkan. Di abad 21 ini, bersama2 Amerika Serikat mereka menyerang sesama Muslim yaitu Iraq dan Saddam Husein.


Itu jelas bertentangan dengan perintah ALLAH:

Ummat Islam itu berkasih sayang terhadap sesama, namun keras terhadap orang-orang kafir:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Fath 29] .

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]

Read more http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim/

Saat ini boleh dikata kaum Wahabi amat keras terhadap sesama Muslim dan cenderung memecah-belah dan adu domba. Bukan cuma terhadap kaum Syi’ah, tapi juga Sufi, Aswaja, NU, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dsb.

Sebaiknya dengan orang-orang kafir seperti Inggris dan sekarang dengan Amerika Serikat yang merupakan pendukung utama Israel bersahabat sekali. Jadi KALAU KITA BENAR-BENAR MENGKAJI AL QUR’AN DAN HADITS SERTA TIDAK TAQLID PADA TAFSIRAN SYEKH WAHABI, niscaya kita tahu Wahabi itu paham yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits meski mereka mengaku berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits.

Meski Allah dan RasulNya memerintahkan ummat Islam bersatu, namun kaum Khawarij ini meski sering mengutip ayat dan hadits tentang itu selalu memecah-belah persatuan ummat Islam dengan berbagai dalih. Mereka merasa hanya merekalah yang benar. Yang lain sesat atau kafir:

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]

Mereka gemar memperdebatkan masalah Furu’iyah dan Khilafiyyah serta berbantah-bantahan panjang lebar hanya untuk menimbulkan fitnah dan melemahkan kekuatan Islam.

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal 46]

Read more http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/

Kaum Wahabi gemar melakukan Su’u Zhon dan menilai “Hati” Manusia dan mengkafirkan orang yang mengucapkan Laa ilaaha Illallahu:
Larangan membunuh orang kafir yang telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah

Hadis riwayat Miqdad bin Aswad ra., ia berkata:
Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus. Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab: Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139)

Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata:
Rasulullah saw. mengirim kami dalam suatu pasukan. Kami sampai di Huruqat, suatu tempat di daerah Juhainah di pagi hari. Lalu aku menjumpai seorang kafir. Dia mengucapkan: Laa ilaaha illallah, tetapi aku tetap menikamnya. Ternyata kejadian itu membekas dalam jiwaku, maka aku menuturkannya kepada Nabi saw. Rasulullah saw. bertanya: Apakah ia mengucapkan: Laa ilaaha illallah dan engkau tetap membunuhnya? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu hanya karena takut pedang. Rasulullah saw. bersabda: Apakah engkau sudah membelah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak? Beliau terus mengulangi perkataan itu kepadaku, hingga aku berkhayal kalau saja aku baru masuk Islam pada hari itu. Saad berkata: Demi Allah, aku tidak membunuh seorang muslim, hingga dibunuh Dzul Buthain, Usamah. Seseorang berkata: Bukankah Allah telah berfirman: Dan perangilah mereka, agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata untuk Allah. Saad berkata: Kami telah berperang, agar tidak ada fitnah. Sedangkan engkau dan pengikut-pengikutmu ingin berperang, agar timbul fitnah. (Shahih Muslim No.140)

Dari Usamah bin Zaid ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka -musuh-. Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya -tidak menyakiti sama sekali-, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya membunuhnya. Setelah kita datang -di Madinah-, peristiwa itu sampai kepada Nabi s.a.w., kemudian beliau bertanya padaku: “Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?” Saya berkata: “Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari perlindungan diri saja -yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari selamat-, sedang hatinya tidak meyakinkan itu.” Beliau s.a.w. bersabda lagi: “Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?” Ucapan itu senantiasa diulang-ulangi oleh Nabi s.a.w., sehingga saya mengharap-harapkan, bahwa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu -yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja-, supaya tidak ada dosa dalam diriku.” (Muttafaq ‘alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia mengucapkan itu semata-mata karena takut senjata.” Beliau s.a.w. bersabda: “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu karena takut senjata ataukah tidak -yakni dengan keikhlasan-.” Beliau s.a.w. mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja.

Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahwa mereka itu telah bertemu -berhadap-hadapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kaum musyrikin menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahwa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: “La ilaha illallah.” Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. -memberitahukan kemenangan-, beliau s.a.w. bertanya kepadanya -perihal jalannya peperangan- dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: “Mengapa engkau membunuh orang itu?” Orang tadi menjawab: “Ya Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan.” Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: “Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: “La ilaha illallah.” Rasulullah s.a.w. bertanya: “Apakah ia sampai kau bunuh?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian beliau bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Orang itu berkata: “Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: “Bagaimanakah yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” (Riwayat Muslim)

Read more http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim/

Dengan gelontoran dana dari Arab Saudi, kaum Wahabi banyak membuat berbagai media massa dari majalah, radio, dan situs internet. Sehingga saat orang mencari di google, yang tampil adalah tulisan kaum Wahabi. “Oh kelompok A kafir, ini linknya dari internet!” begitu kata seseorang. Padahal yang membuat tulisan di internet itu adalah Wahabi yang boleh dikata banyak mengkafirkan berbagai kelompok Muslim di luar kelompoknya.

Di antara Media Wahabi adalah: arrahmah.com, voa-islam.com, dan berbagai website yang memuji-muji pendiri Wahabi: Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi.

(Media-Islam/Inilah-Salafi-Takfiri/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Senin, 04 Januari 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Cara Syekh Wahabi Memecah-Belah Islam. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : https://abnsnews.blogspot.com/2016/01/cara-syekh-wahabi-memecah-belah-islam.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS