Sebagaimana serangan teroris 11 September, warga muslim Amerika juga mengecam keras serangan teroris yang baru-baru ini menerjang Paris di Prancis dan San Bernardino di California. Sekalipun demikian, gelombang Islamfobia di negara ini masih bergerak deras.
Menurut pengakuan Zainab Abdali, kepala Asosiasi Mahasiswa Muslim Universitas Syracuse di New York, setelah serangan teroris tahun lalu dan pernyataan anti Islam Donald Trump, kandidat presiden Amerika dari kubu Republik, arus Islamfobia di Amerika semakin deras.
Zainab menegaskan, Trump telah bersalah. Media massa juga bersalah lantaran melukiskan gambaran yang tak benar tentang Islam. “Media juga melakukan tindakan yang dilakukan oleh Trump. Akan tetapi, lebih mahir dan lebih bertahan lama,” ujarnya.
Program-program yang disusun oleh media massa tersusupi oleh pemahaman yang keliru tentang Islam. Yaitu sebuah agama yang dianut oleh lebih dari 1.5 milyar orang dari Indonesia hingga Maroko.
Beberapa oknum yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam ingin menghubungkan agama ini dengan seluruh krisis yang sedang menjerat Timur Tengah. Media pun lebih banyak memberitakan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal atas nama Islam. Masyarakat dunia pun tidak memiliki kesempatan untuk menemukan hakikat yang sejati.
Inti kandungan media massa adalah menunjukkan pertempuran yang terjadi antara negara dan kelompok-kelompok bersenjata seperti fenomena Da‘isy. Akan tetapi, mereka tidak pernah menunjukkan bagaimana kekerasan itu dimulai dan dilakukan oleh siapa saja, serta juga peran Islam di tengah masyarakat Timur Tengah.
(Daily-Orange/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar