Pertemuan Komite Sangha Maha Nayaka di Yangon, Myanmar, 13 Juli 2016. (Foto: AFP)
Sikap diskriminatif bahkan sampai radikal kelompok biksu garis keras di Myanmar ditentang Komite tinggi biksu di Negara itu. Kelompok biksu moderat Myanmar menjauhkan diri dari grup garis keras yang mengkampanyekan sentimen anti-Muslim yang berujung pada meletusnya sejumlah aksi kekerasan sektarian di seantero negeri.
Komite Sangha Maha Nayaka, yang merepresentasikan posisi tertinggi biksu di negara mayoritas pemeluk agama Buddha, menegaskan bahwa mereka tidak pernah mendukung gerakan ultra-nasionalis “Ma Ba Tha.”
Melansir dari Metrotvnews.com, Ma Ba Tha adalah grup biksu garis keras yang berada di garda terdepan dalam sentimen anti-Muslim di Myanmar.
“Organisasi Ma Ba Tha tidak termasuk dalam aturan dasar, prosedur dan instruksi dari Sangha,” tutur pernyataan komite, seperti dikutip AFP, Selasa 12 Juli 2016 malam waktu setempat.
Pernyataan dilontarkan komite beberapa jam sebelum pertemuan akbar antara 50 biksu ternama Myanmar dalam sebuah ruangan di goa buatan manusia di pinggiran kota Yangon.
“Bermula dari pertemuan Sangha pada 1980 hingga yang kelima pada 2014, Sangha tidak pernah mengakui atau membentuk Ma Ba Tha — dan juga tidak pernah menggunakan istilah Ma Ba Tha,” lanjutnya.
Didirikan tiga tahun lalu, Ma Ba Tha muncul sebagai kekuatan potensial di bawah pemerintahan militer. Ma Ba Tha sukses melobi beberapa rancangan peraturan yang dituding sejumlah pihak cenderung mendiskriminasi perempuan dan kaum minoritas.
Sejak pertama kali beraksi hingga saat ini, Ma Ba Tha telah memicu kematian banyak orang dalam rentetan aksi kekerasan sektarian di Myanmar. Namun organisasi ini kalah dalam pemilu November lalu, saat koalisi mereka dikalahkan Liga Nasional Demokrasi milik Aung San Suu Kyi.
Sejak saat itu, Ma Ba Tha berusaha bangkit dan menyerukan retorika mereka, bahwa Islam adalah ancaman bagi umat Buddha di Myanmar.
Bulan lalu, dua masjid dihancurkan sekelompok orang di Myanmar pusat dan utara. Sebagian besar aksi kekerasan ini menimpa Rohingya — kaum etnis minoritas yang tidak mendapatkan status kewarganegaraan Myanmar.
Nama “Rohingya” memicu emosi kuat di Myanmar. Tidak hanya Ma Ba Tha, bahkan pemerintahan Myanmar juga menolak menggunakan istilah tersebut dan lebih memilih menyebut mereka sebagai “Bengalis” atau imigran ilegal dari Bangladesh. Padahal, Rohingya telah berada di Myanmar sejak dahulu kala.
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mendapat gelombang kritik dari grup hak asasi manusia karena tidak membela Rohingya, atau sekadar menyinggung masalah tersebut. PBB menyebut Rohingya sebagai minoritas paling teraniaya di dunia.
(AFP/Metro-TV/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar