Tiga Teori di Balik Konflik Saudi-Iran? Berikut Ulasannya


Memanasnya hubungan Saudi dan Iran memicu beragam spekulasi. Apakah sekiranya yang menjadi penyebab utama ketegangan tersebut.

Apakah sekadar kepentingan politik dan hukum akibat eksekusi ulama Syiah Nimr al-Nimr? Atau ada motif lain, yakni sektarian dan ekonomi. Berikut tiga teori terkait konflik kedua negara.


Murni Persoalan Kedaulatan

Bagi Arab Saudi, hukuman mati terhadap Nimr al-Nimr merupakan kewenangan otoritas yudisial. Masalah ini juga merupakan bagian dari kedaulatan negara. Pemerintah Saudi menegaskan, eksekusi terhadap Nimr telah sesuai dengan hukum berlaku dan berjalan transparan.

Nimr divonis karena terlibat aksi terorisme yang sangat ditentang di negara tersebut. Sebaliknya, penyerangan terhadap Kedutaan Besar Saudi di Teheran merupakan pelanggaran serius yang tak bisa ditoleransi. Riyadh menilai, otoritas Teheran sengaja membiarkan penyerangan tersebut. Dengan alasan itu, Saudi bersikap untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.


Kepentingan Ekonomi

Media-media Barat menyinyalir ada motif ekonomi menyusul ketegangan antara Saudi dan Iran. Jatuhnya harga minyak membuat pendapatan negara Timur Tengah, termasuk Saudi, merosot. Dengan meningkatnya ketegangan, diharapkan harga minyak akan kembali terangkat.

Seperti dikutip Forbes, selama lebih dari satu tahun Saudi terlibat perang harga minyak dengan perusahaan AS yang memiliki teknologi baru dalam pencarian minyak. Saudi enggan memangkas produksi minyak.

Namun, perang tersebut merugikan Saudi dibandingkan perusahaan AS. Pada Agustus lalu, menurut Forbes, Saudi mengeluarkan surat utang 5 miliar dolar AS untuk menalangi dropnya pendapatan dari minyak.


Pertaruhan Gengsi Sektarian

Setelah Raja Salman memimpin pada Januari 2015, Saudi semakin gencar memainkan politik luar negeri. Raja Salman berdiskusi langsung dengan negara-negara Suni di kawasan, termasuk Turki dan Qatar. Raja dikabarkan juga merangkul kelompok Ikhwanul Muslimin.

Saudi mengeluarkan isu tentang ancaman Syiah Iran di kawasan. Apalagi, Iran berhasil mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara berpengaruh di dunia, yakni AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, dan Jerman.

Saudi juga melihat ancaman Iran di Yaman ataupun Suriah yang mayoritas penduduknya Suni. Saudi menilai, Iran berada di balik pemberontak Houthi di Yaman. Saudi juga menuding Iran mendukung penuh rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah.

Karena itu, ketegangan pascaeksekusi ulama Syiah Nimr diyakini merupakan buntut dari beragam persoalan sebelumnya yang berbau sektarian.

(Republika/Shabestan/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Rabu, 06 Januari 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Tiga Teori di Balik Konflik Saudi-Iran? Berikut Ulasannya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/01/tiga-teori-di-balik-konflik-saudi-iran.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS