Istri Bung Tomo Meninggal Dunia


Indonesia kembali kehilangan putri terbaiknya. Hari ini, Rabu 31 Agustus 2016 dini hari pukul 01.42 WIB Sulistina Sutomo, istri Pahlawan Nasional Bung Tomo, meninggal dunia di usia 91 tahun.

“Iya benar, saya menerima kabar langsung dari Bambang Sulistomo, anak kandungnya Bu Sulistina tadi dini hari,” ujar salah seorang kerabat keluarga Bung Tomo, AH. Tony, ketika dikonfirmasi di Surabaya, Rabu 31 Agustus 2016, seperti dikutip dari Antara.

Bung Tomo adalah Pahlawan Nasional asal Surabaya yang dikenang lewat orasi heroiknya yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya melawan tentara sekutu dalam Pertempuran 10 November 1945.

Almarhumah meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta, karena sakit dan sudah tua, kemudian disemayamkan di rumah duka di Jalan Haji Muhasyim Buntu 45, Tarogong, Fatmawati, Cilandak Barat.

Jenazah Sulistiana

Almarhumah akan dimakamkan tepat di samping makam suaminya, Bung Tomo, di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Surabaya pada Rabu 31 Agustus 2016 sore.

Rencananya, almarhumah diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya pukul 11.30 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, kemudian dishalatkan di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

“Dari sana langsung dibawa ke TPU Ngagel dan dilakukan prosesi pemakaman,” ucap Tony, yang juga tokoh masyarakat Kota Surabaya tersebut.


Menikah dengan Bung Tomo

Salah seorang Jurnalis di Surabaya yang juga anggota RAR, Hany Akasah sempat membuat catatan pada saat ngobrol dengan almarhumah Sulistina Sutomo yang kerap dipanggil Lies beberapa waktu lalu.

Pernikahan Bung Tomo dan Sulistina di Masa Revolusi

“Pasangan suami istri Bung Tomo dan Lies adalah pasangan romantis. Bahkan semboyan tresno jalaran soko kulino pun sukses dilakukan Bung Tomo yang menikahi Lies di Malang pada tahun 1947,” katanya.

Ia mengatakan awal pertemuan Lies dengan Bung Tomo pada tahun 1945, saat Lies bekerja di Palang Merah Indonesia (PMI). Republik sedang bergolak. Sulistina bertemu Bung Tomo. Kemerdekaan Indonesia belum lama dideklarasikan. Perang mempertahankan republik baru ini, tengah berkecamuk.

Sebagaimana dilansir dari Antara, Lies dari Malang dikirim khusus ke Surabaya untuk merawat para pejuang yang gugur dan terluka dalam peristiwa bersejarah 10 November dan di Surabaya itulah kenal dengan Bung Tomo.

Lies cukup salah tingkah dengan gerak-gerik pria kelahiran Kampung Blauran, Surabaya, yang saat itu sudah menjadi idola rakyat.

Bung Tomo selalu cari perhatian ketika Lies bekerja merawat para pejuang yang terluka di tenda-tenda pertolongan.

Soe Hok Gie dalam Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan pernah menulis bahwa saat itu masyarakat memandang perkawinan dan pertunangan bertentangan dengan sifat revolusi yang tengah menjadi-jadi.

Sorotan pun dialamatkan kepada Bung Tomo, tokoh pemuda dan penyulut semangat pertempuran Surabaya, ketika hendak menikah di masa revolusi. Muncul pro dan kontra. Ada yang menyayangkan mengapa Bung Tomo tidak konsekuen dengan janjinya untuk tidak menikah sebelum perjuangan selesai.

“Kami dapat menerima kekecewaan ini. Tetapi tak dapat menjelaskan secara pribadi apa yang menjadi pertimbangan pernikahan kami,” kata Lies dalam buku Bung Tomo Suamiku seperti dilansir dari laman majalah historia.

Lies dan Bung Tomo akhirnya tetap menikah dan dikaruaniai lima orang anak. Sejatinya, Bung Tomo juga memiliki perasaan bersalah. Untuk itu dia meminta izin dan persetujuan dari kelompok pemuda yang dipimpinnya, Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI).

Dalam iklan perkawinan Bung Tomo dengan Lies di harian Boeroeh, 16 Juli 1947, pucuk pimpinan BPRI menyetujui perkawinan itu pada 19 Juni 1947, dengan perjanjian:

“Setelah ikatan persahabatan mereka diresmikan, mereka akan lebih memperhebat perjuangan untuk rakyat dan revolusi; meskipun perkawinan telah dilangsungkan, mereka tidak menjalankan kewajiban dan hak sebagai suami-istri sebelum ancaman terhadap kedaulatan negara dan rakyat dapat dihalaukan.”

Iklan tersebut, menurut Soe Hok Gie, memperlihatkan Bung Tomo merasa berdosa karena perkawinannya dilangsungkan di tengah suasana revolusi. Seolah-olah Lies dan Bung Tomo hanya mencari kenikmatan pribadi.

Mereka kemudian berjanji tidak akan menjalankan hak dan kewajiban sebagai suami-istri sampai ancaman terhadap kedaulatan berakhir.

“Kami harus berjanji melaksanakan dengan patuh, syarat ini demi keselamatan negara,” kata Lies.

Sebagai istri yang tahu betul bagaimana perjuangan suaminya, Lies begitu mengingat bahwa suaminya hanya ingin rakyat Indonesia makmur dan sejahtera.

Sulistina Sutomo (duduk) semasa hidup dalam suatu acara penghargaan (Foto: Antara)

Ide membangun Taman Perdamaian Dunia di Jawa Timur pun muncul dari benak Lies untuk merealisasikan apa yang diinginkan suaminya.

Semasa hidupnya Lies a aktif menginisiasi kegiatan budaya dan kesenian di Indonesia. Ia bahkan bercita-cita membangun Taman Perdamaian Dunia Soerjo Modjopahit.

Taman Perdamaian Dunia Soejo Modjopahit adalah ikhtiar Lies untuk melestarikan dan menyosialisasikan budaya dan sejarah bangsa Indonesia. Kini Lies telah menyusul suaminya yang lebih dulu berpulang pada 6 Oktober, 35 tahun silam.

(Historia/Antara-News/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Senin, 05 September 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Istri Bung Tomo Meninggal Dunia. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/09/istri-bung-tomo-meninggal-dunia.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS