“Menang dalam perang 33 hari lalu adalah pengejawantahan janji Ilahi untuk mujahidin dan orang-orang yang sabar. Sekarang, jika meletus perang lagi, maka kemenangan pasti berpihak kepada muqawamah.”
Begitu hal ini ditegaskan oleh Sayyid Hasan Nashrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, dalam sebuah wawancara khusus dengan saluran televisi Al-Manar hari ini.
Sayyid Hasan menekankan, “Kemenangan dalam perang 33 hari itu bukanlah suatu hal yang lumrah, dan hanya tercapai berkat kehendak, pertolongan, dan inayah Allah.”
Sayyid Hasan menambahkan, “Kemenangan yang telah tercapai itu tidak bisa ditafsirkan. Semua itu hanyalah janji Allah untuk mujahidin dan orang-orang yang sabar. Ini adalah sebuah kemenangan Ilahi dan tidak memiliki interpretasi yang lain. Sebagian orang malah tidak senang dengan kemenangan dalam perang tahun 2000 dan tahun 2006 lalu itu. Sebagian bangsa Arab menginginkan garis muqawamah musnah dan Israel keluar sebagai pemenang. Setelah perang usai, kami baru tahu bahwa di hari-hari terakhir perang, salah satu kedubes Eropa menghubungi Nawwaf Al-Musawi bahwa Israel menginginkan gencatan sejata. Akan tetapi, tak seorang pun menentang kecuali Pemerintah Lebanon. Pemerintah Lebanon mempertanyakan bagaimana mungkin perang sudah usai, sedangkan persenjataan Hizbullah belum dilucuti. Perang 33 hari telah menciptakan perang saraf dahsyat di dalam negeri Israel sendiri.”
Sekjen Hizbullah kembali menegaskan, “Kepercayaan kita kepada kemenangan berlandaskan pada keimanan kita kepada janji Allah untuk mujahidin dan orang-orang yang sabar. Sekarang pun kita yakin, seandainya perang dipaksakan kembali atas garis muqawamah, maka muqawamah akan tampil sebagai pemenang. Karena kami berada dalam kebenaran dan kami meyakini janji Ilahi.”
(Al-Manar/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar