Di halaman Gedung Putih, Presiden Bill Clinton mengancam Irak untuk tidak membuat kesalahan kedua kali. Amerika menuduh Irak telah menggerakkan pasukannya secara besar-besaran ke perbatasan Kuwait minggu ini. Rakyat Kuwait dikabarkan tenang-tenang saja, karena pemerintahnya tidak memberikan pengumuman apa-apa tentang keberadaan tentang Irak di perbatasan negerinya yang jauhnya dari kota Kuwait, kira-kira seratus kilometer. Demikian juga pasukan perdamaian PBB yang berada di perbatasan melaporkan tidak melihat Irak menyiapkan pasukan besar-besaran di perbatasan. Anehnya rakyat Kuwait mendengar berita itu dari Menteri Pertahanan Amerika William Perry lewat televisi Kuwait, 7 Oktober.
Amerika telah mengkavling-kavling peta dunia seperti ketika dunia dahulu dibagi dalam dua blok Amerika dan Uni Sovyet. Sekarang, Amerika telah menjadi Raja Dunia. Apa yang dikehendaki oleh Amerika berjalan mulus. Di tangannya militer dan persenjataan yang ampuh. Masyarakat dunia telah dibuat miskin dan lemah serta putus asa untuk hidup. Keadaan seperti itu akan memudahkan Amerika untuk berbuat apa saja.
Kalau masih ada masyarakat yang kuat dan menentang Amerika akan dianggap musuh bebuyutan. Dalam buku harian Amerika tercatat negara-negara berkembang yang dianggap mengkhawatirkan harus dihancurkan. Negara-negara tersebut antara lain Mesir, Irak, Iran, Syria, Libya, Sudan, Somalia, Yaman, Kuba, Haiti, India, Korea Utara, dan sejumlah negara berkembang lainnya.
Mesir sudah dianggap lumpuh segala-galanya sehingga negara yang tadinya termasuk paling kuat di Timur Tengah ini telah hidup berdampingan dengan Amerika dan Israel. Tinggal sekarang Korea Utara, Irak, Iran, Libya, Yaman, Kuba, dan Haiti. Tujuh negara tersebut merupakan PR Amerika sampai sekarang. Tujuh negara ini dianggap ancaman bagi Amerika, karenanya harus dihancurkan.
Iran dan Irak sudah berhasil dihancurkan pada tahun 1991. Dua negara ini merupakan ancaman yang berat bagi Amerika karena negara-negara Barat mempunyai kepentingan di kawasan Teluk yang kaya dengan minyak itu. Negara-negara Teluk sudah digadaikan kepada Amerika dengan dibuatnya perjanjian pertahanan dengan negara-negara besar: Amerika, Inggris, Perancis, dan Rusia.
Selama menjadi Raja Dunia, Amerika akan terus berpatroli dari Timur Jauh (Korea Utara), Amerika Latin (Kuba dan Haiti) dan Timur Tengah (Teluk Arab: Iran dan Irak, Laut Tengah: Syiria dan Libya). Tiga bulan yang lalu Amerika berada di Timur Jauh (Korea Utara). Begitu kawasan ini agak reda dengan kematian pimpinannya Kim II Sung, Amerika tidak ikut mengurus orang mati itu dan kembali ke Kuba. Kuba dianggap terselesaikan, kemudian pindah ke Haiti. Haiti sudah dihancurkan, sekarang Amerika perlu memperkuat pertahanannya di Teluk, bukan karena Irak, tetapi karena Iran yang akhir-akhir ini tampak membangun kekuatan militernya secara besar-besaran.
Ancaman Iran terhadap negara-negara Teluk lebih besar dari ancama Irak. Negara Teluk yang paling dekat dengan Irak hanya Kuwait saja sedang yang paling dekat dengan Iran adalah semua negara Teluk. Inilah sebenarnya tujuan Amerika memperkuat keberadaannya di negara-negara Teluk.
Iran memahami kehadiran pasukan Irak secara mencolok di bagian selatan negerinya sendiri --- yang berbatasan dengan Kuwait --- adalah untuk meminta perhatian dunia terhadap nasib rakyat yang kelaparan akibat embargo Amerika yang tidak adil. Iran menuduh Amerika yang menggunakan keadaan ini untuk memperkuat keberadaannya di Teluk Persia.
Pernyataan Iran yang antara lain disampaikan oleh Kepala negaranya di Teheran dua hari yang lalu diperkuat oleh berita dari Irak, di mana Surat Kabar pemerintah Al-Jumhouriyah pada hari Sabtu kemarin, 8 Oktober, mengatakan ‘Irak memilih untuk menghindari suatu konfrontasi militer dengan AS’. Tetapi AS memahami lain dari kehadiran pasukan Irak di selatan negaranya itu. AS menuduh Irak menggerakkan pasukannya ke selatan untuk menduduki kembali Kuwait seperti yang dilakukan 2 Agustus 1990. AS berteriak “maling” yang sebenarnya dia sendiri yang “maling”. Kehadiran Amerika sekarang di Teluk dalam rangka memperkuat pasukannya yang sudah bersiaga, dan dimaksudkan sebagai peringatan kepada Iran dan Irak sendiri agar kedua negara itu tidak mengganggu keberadaan Amerika di kawasan yang kaya minyak ini.
(Harian-Terbit/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar