Hasil sementara pemilu parlementer Iran yang diungguli kaum reformis membuka optimisme baru hubungan negeri itu dengan Amerika Serikat dan Eropa. Mengomentari hasil pemilu tersebut, AS pada minggu menganggap Pemilu parlementer Iran sebagai pemungutan suara bersejarah untuk meningkatkan keterbukaan dan kebebasan. Amerika Serikat berharap Pemilu tersebut dapat membantu memajukan hubungan AS-Iran.
“Kendati hasilnya belum final, semua petunjuk mengungkapkan bahwa pemilihan ini merupakan peristiwa bersejarah,” kata Jubir Deplu AS, James Rubin.
“Rakyat Iran secara cepat menunjukan bahwa mereka menghendaki kebijakan keterbukaan dan kerjasama, dan menegaskan keinginan mereka akan adanya peningkatan kebebasan di Iran,” katanya menambahkan.
Pemilu itu dipandang sebagai ujian atas dukungan rakyat terhadap kelompok reformis yang berpusat pada Presiden Mohammad Khatami, yang sejak dua tahun terakhir menghadapi perlawanan dari kaum ulama konservatif karena gagasan reformisnya.
Rubin mengatakan kedua kecenderungan itu telah berlangsung di Iran sejak beberapa saat lalu, dan rakyat Iran sekali lagi dengan suara bulat mensahkan gerakan reformasi melalui Pemilu parlementer pada Jumat.
Hasil penghitungan suara awal menunjukkan kampanye reformasi luas yang dilakukan Khatami ternyata lebih memperoleh dukungan rakyat. Kelompok konservatif Islam, yang berkuasa di parlemen selama bertahun-tahun, mengalami kekalahan di Teheran pada Minggu.
“Kami menyambut pensahan itu,” kata Rubin, yang menambahkan bahwa dampak Pemilu akan semakin jelas dalam beberapa pekan mendatang. “Kami berharap keinginan jelas rakyat Iran dapat diterjemahkan oleh para wakil rakyat mereka yang berhasil dipilih dan kami berharap kecenderungan ini akan tercermin dalam pendekatan baru hubungan Iran dengan dunia luar,” kata Rubin.
Sebelum berlangsungnya Pemilu parlementer pada Jumat, Menlu AS Madeleine Albright pada pekan lalu mengatakan bahwa ia menyaksikan adanya peningkatan dukungan masyarakat Iran terhadap reformasi di negara itu. Albright dalam acara dengar pendapat di Kongres AS mengatakan bahwa pemerintah Washington tengah mencari cara yang dapat menghasilkan sesuatu yang berbeda dalam hubungan antara Teheran dan Washington. Menurut Albright, rakyat dari kelas menengah, kalangan muda dan wanita merupakan kelompok yang menghendaki perubahan di Iran, tempat ulama garis keras berkuasa setelah Revolusi Islam pada 1979.
Ketika ditanya apakah Khatami memegang kendali atas militer atau kebijakan militer, atau apakah kedua bidang itu tetap berada di tangan ulama konservatif, ia menjawab, “Dalam beberapa segi tampaknya terdapat dua pemerintah paralel seperti itu.”
Kelompok reformis Iran besar kemungkinan meraih kemenangan besar di Teheran, yang menuntaskan gerakan sapu bersih mereka di kawasan perkotaan Iran. Hasil penghitungan suara awal tidak resmi dari Teheran, yang merupakan medan tempur politisi top Iran, mengungkapkan semakin terpuruknya kelompok konservatif. Hasil penghitungan suara awal di kota Mashhad, di samping Isfahan dan Shiraz, menunjukkan tidak adanya tokoh konservatif yang mendapat kursi di parlemen.
Salah satu tokoh konservatif yang kemungkinan menjadi korban kekalahan kubu konservatif di Teheran adalah mantan presiden Akbar Hashemi Rafsanjani.
Sumber di kementerian dalam negeri Iran menyebut kemenangan besar partai Front Partisipasi Iran Islami, yang merupakan faksi pro-reformasi di bawah pimpinan Mohammad Reza Khatami, yakni adik presiden Iran, di Teheran. Jubir Front Partisipasi mengatakan, calon pro-reformasi sejauh ini berhasil memperoleh 135 kursi di parlemen.
(Reuters/Harian-Terbit/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar