Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar menyebut ada 9 orang terkait jaringan teroris Islamic State (ISIS) yang menyusup bersama peserta demo 4/11. Mereka adalah kelompok Abu Nusaibah, yang pernah berbaiat pada Khalifah ISIS.
“Pimpinannya, Abu Nusaibah membagi dua kelompoknya, ada yang bergerak ke Penjaringan, ada yang merapat ke DPR,” kata Boy di Jakarta, Senin (28/11).
Mantan Kapolda Banten itu mengatakan, tujuan rencana ini agar kelompok tersebut bisa berhadapan langsung dengan aparat saat kericuhan. Nusaibah juga memerintah untuk merebut senjata api miliki aparat ketika mereka lengah.
Boy mengatakan, hasil pemeriksaan polisi menyebutkan, kelompok yang bergerak ke Penjaringan ternyata tidak bergabung dengan massa. Mereka malah menyusup ke barisan belakang polisi untuk mencari kelengahan aparat.
Tujuan merebut senjata gagal juga karena petugas yang mengawal aksi unjuk rasa tidak dibekali senjata api, katanya.
Boy menyampaikan, penyusupan yang dilakukan kelompok ini pada aksi damai 4 November lalu membuktikan bahwa prediksi Kapolri Jenderal Tito Karnavian adalah benar. Mereka melakukan pemufakatan jahat untuk melakukan kegiatan teror.
“Kelompok ini bermain keruh, mereka ikut kegiatan seolah sama (unjuk rasa) tapi padahal punya agenda terselubung yakni rebut senjata petugas. Mereka lihat momennya pas, sejauh ini kami belum lihat ada indikasi terkait dengan koordinator demo,” ujarnya.
Seperti diberitakan, Densus 88 telah menangkap sembilan terduga teroris kelompok Abu Nusaibah beberapa waktu lalu di Jakarta dan Bekasi. Mulanya polisi menangkap tujuh orang, kemudian bertambah menjadi sembilan orang.
“Mereka ini terdeteksi para pemuda yang berbaiat langsung ke pimpinan ISIS. Selain itu mereka juga bertekad memberikan bantuan bagi WNI yang hendak gabung ISIS ke Suriah,” katanya.
Sebelumnya, pada Oktober lalu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah mengingatkan kembali soal adanya ratusan warga negara Indonesia (WNI) simpatisan ISIS yang mulai pulang dari Suriah dan Irak ke Tanah Air. Badan negara yang mengurusi soal terorisme ini berusaha mencegah agar para foreign terrorist fighters (FTF) yang diduga berjumlah 531 “mujahidin” itu tak menyebarkan radikalisme di Indonesia.
“Ada 50 orang sudah kembali. Masih ada di sana 400 orang lebih,” kata Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius di Kompleks Istana, Jakarta Pusat, Jumat (28/10)
Alius menjelaskan, BPNT masih harus menggodok aturan dalam menangani WNI yang pulang dari negara berkonflik, seperti Suriah dan Irak. Menurutnya, BNPT tak bisa seenaknya bergerak sendiri. Badan ini harus menggandeng kementerian dan lembaga negara lain.[]
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar