Beberapa waktu lalu, Arab Saudi menjadi tuan rumah pertemuan yang dihadiri oleh kelompok-kelompok politik dan militer penentang Basyar Asad. Beberapa hari setelah pertemuan ini, Al Sa‘ud mengumumkan pembentukan sebuah “aliansi Islam” yang diklaim beranggotakan 34 negara. Adil Al-Jubair pun mengumumkan akan mengirim personel ke Suriah.
Semakin hari berlalu dari masa pembentukan alinasi anti terorisme yang dikomandoi Al Sa‘ud, tujuan pembentukan aliansi ini pun semakin jelas bagi dunia. Terutama ketika negara yang selama ini secara sembunyi-sembunyi banyak membantu kelompok teroris dunia, sekarang menonjolkan diri sebagai pioneer untuk memerangi terorisme, terutama Da‘isy.
Strategi baru Arab Saudi disusun sedemikian rupa sehingga terlihat sejalan dengan kebijakan-kebijakan Iran. Riyadh sedang ingin meraih pengaruh Iran yang sekarang membentang dari Lebanon hingga Yaman. Sebenarnya, Arab Saudi ingin mengumpulkan para sekutu bagi diri mereka sebelum Iran betul-betul terbebaskan dari kekang embargo yang selama ini merenggutnya.
Berita pembentukan Aliansi Militer Anti Terorisme ini menuai sikap para petinggi dan ahli dunia. Menurut mayoritas mereka, pembentukan aliansi hanya bertujuan untuk menyaingi Iran. Sebelum ini, Iran telah memuali tindakan anti terorisme.
John McCain, kepala Komite Militer Konggres Amerika menegaskan bahwa tindakan Arab Saudi ini adalah sebuah penghinaan bagi Amerika. Keteledoran Washington dalam memerangi terorisme telah membuka peluang bagi Riyadh untuk memerangi terorisme dan mengalahkan Iran. Problem utama adalah Arab Saudi lebih memikirkan untuk memusnahkan Basyar Asad daripada Da‘isy.
(Kantor-Berita-Prancis/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar