Banyak kritikan pedas yang dilontarkan oleh kelompok Wahabi seputar tragedi berdarah Asyura. Salah satunya adalah Syiah meninggalkan puasa sunah Asyura dengan alasan hari duka untuk Imam Husain as.
Betulkah demikian? Berikut jawaban Hujjatul Islam wal Muslimin Ahmad Reza Bavaqar salah satu peneliti di Pusat Penelitian Baqirul Ulum dan penulis buku “Wahabiah”.
- Seputar puasa Asyura, kelompok Wahabi sering mengembar-gemborkan bahwa Syiah telah meninggalkan sunah dan lebih mementingkan bid’ah dalam agama. Bagaimana pandangan Anda berkenaan dengan masalah ini?
Masalah yang utama adalah hari Asyura adalah hari kesedihan bagi para pengikut Syiah. Dari sisi lain Syiah juga memiliki banyak hadis yang menjelaskan bahwa Bani Umaiyah bukan hanya menentang ritual duka untuk Imam Husain as pada hari ini, tetapi bahkan menekankan supaya hari ini ditetapkan sebagai hari bahagia dan pesta. Sebagian orang malah berpandangan bahwa hari ini harus dijadikan sebagai hari puasa. Pada hakikatnya, kelompok Wahabi adalah pengikut sejati garis pemikiran yang telah ditetapkan oleh Bani Umaiyah.
- Bisakah Anda jelaskan dalil-dalil yang dijadikan sebagai sandaran bahwa puasa hari Asyura dianjurkan?
Banyak pandangan dalam masalah ini. Tetapi yang pasti, tindakan yang dilakukan oleh Bani Umaiyah adalah sebuah bid’ah dalam Islam.
Hadis-hadis yang menekankan bahwa berpuasa pada hari ini adalah wajib atau sunah sangatlah lemah. Akhir-akhir ini beberapa dosen di Arab Saudi seperti Ali Hasan Ali Halabi, Dr. Ibrahim Thaha Qaisi, dan Dr. Hamdi Muhammad Murad mengumpulkan seluruh hadis yang lemah dan hasil rekayasa para perawi. Salah satu hadis tersebut hadis-hadis berkenaan dengan puasa hari Asyura.
Dengan demikian, berkenaan dengan puasa hari Asyura, Ahli Sunah memiki beberapa pendapat:
Pertama, tidak mengaku kewajiban dan kesunahan puasa hari Asyura.
Kedua, puasa hari Asyura pernah disyariatkan sebelum puasa Ramadhan ditetapkan sebagai puasa wajib. Sebagian ulama Syiah seperti Syaikh Shaduq juga memiliki pandangan ini. Tetapi, setelah puasa Ramadhan ditetapkan, puasa Asyura dihapus.
- Bisakah sebutkan hadis dari Ahli Sunah tentang masalah ini?
Dalam Shahih al-Bukhari, jld. 1, hlm. 341, disebutkan, Rasulullah saw tidak pernah berpuasa pada hari Asyura dan juga tidak pernah memerintahkan kita berpuasa.
Hasan bin Ali Saqqaf al-Syafi’i pernah menulis tentang Asyura, “Salah satu hal yang bisa disimpulkan dari kehidupan politik Bani Umaiyah adalah mereka menghalalkan setiap cara untuk sebuah tujuan. Untuk itu, prinsip ini membolehkan mereka untuk menguburkan peristiwa Asyura. Dengan demikian, mereka memalsukan banyak hadis dan menisbahkan hadis-hadis ini kepada Imam Husain as.” (Majalah al-Hadi, tahun ke-7, edisi ke-2)
Atas dasar ini, bisa kita simpulkan bahwa puasa haris Asyura, baik dari sisi kesunahan maupun kewajiban, tidak memiliki landasan fiqih yang kuat. Ahli Sunah juga menyatakan bahwa hadis-hadis seputar masalah adalah lemah. Bani Umaiyah mengangkat puasa hari Asyura hanya demi melawan Syiah Ahlul Bait as.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar