Setelah lebih dari seperempat juta orang terbunuh; menyebabkan krisis pengungsi terbesar sejak Perang Dunia II; dan memicu munculnya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), perang saudara di Suriah, yang diawali dengan protes damai menentang Presiden Bashar al-Assad pada tahun 2011, tetapi kemudian berubah menjadi perang proxy internasional, adalah tanda-tanda menuju Perang Dunia ke-3. Setidaknya, itulah yang Barat dan media mainstreamnya ingin anda percaya.
Namun, yang sebenarnya terjadi adalah Amerika Serikat dan sekutunya menggunakan “kejahatan perang” dan “kejahatan bersejarah” di Suriah untuk melanjutkan perang proxy, menggulingkan Assad, dan merebut sebuah negara yang merdeka. Sayangnya, PBB, Amnesty International, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, dan “pihak terkait” lainnya (termasuk media mainstream), mendukung Barat dengan niat jahat nya.
Klaim Pihak Barat
“Rusia dan rezim Suriah bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada dunia tentang mengapa mereka terus menargetkan rumah sakit dan fasilitas medis, dan anak-anak dan perempuan,” komentar Menteri Luar Negeri AS John Kerry baru-baru ini. Kerry mendesak untuk investigasi kejahatan perang atas serangan militer Rusia dan Suriah terhadap warga sipil dan fasilitas medis di Aleppo.
“Ada bukti yang jelas dan berlimpah bahwa rezim Assad dan pemerintah Rusia telah melakukan kejahatan yang berbentuk serangan yang disengaja terhadap warga sipil, eksekusi masal, kelaparan sebagai alat perang, penyiksaan, pembunuhan, perlakuan tidak manusiawi terhadap tahanan dan penggunaan senjata kimia di medan perang” tegas The Washington Post.
“Kota kuno Aleppo, tempat yang indah dengan umur peradaban ribuan tahun, saat ini telah menjadi rumah jagal – tempat mengerikan yang penuh kepedihan dan ketakutan, di mana bangkai-bangkai anak kecil yang terjebak di bawah puing-puing di jalanan dan wanita hamil yang sengaja dibom,” menurut kepala HAM PBB, dalam desakannya untuk penyelidikan kejahatan perang.
Bukti Pihak Barat
1. Komisi Untuk Keadilan Internasional dan Akuntabilitas – sebuah organisasi non-profit yang didanai oleh negara-negara Barat termasuk Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa, Jerman, Swiss, Norwegia, Kanada dan Denmark – menyelundupkan lebih dari 600.000 dokumen sangat rahasia (top secret) pemerintah Suriah ke Eropa Barat.
Hasil analisis dari 400 dokumen “mengaitkan penyiksaan sistematis dan pembunuhan puluhan ribu warga Suriah dengan perintah tertulis yang disetujui oleh Presiden Bashar al-Assad, dikoordinasikan oleh agen-agen intelijen keamanan, dan dilaksanakan oleh aparat rejim pemerintah.” Kenyataan saat ini: Tidak ada satupun dokumen dokumen atau bukti bukti yang disiarkan ke publik.
2. Seorang jurnalis terkenal dan mantan pejabat CIA, Adam Ciralsky mempublikasikan 53.275 foto yang diambil oleh “Caesar” (seorang fotografer militer Suriah yang membelot menjadi informan kejahatan perang, yang melarikan diri dari negara itu di bulan Agustus 2013) sebagai bukti mengerikan kebrutalan Assad.
“Gambar-gambar, yang sebagian besar diambil di rumah sakit militer Suriah, yang memperlihatkan foto mayat mayat dari jarak dekat – diambil satu per satu atau dalam kelompok kelompok kecil. Hampir semua mayat mayat – berjumlah ribuan – menunjukkan tanda-tanda penyiksaan: mata tercungkil; alat kelamin hancur; memar dan darah kering dari pemukulan; luka bakar dari siraman asam dan listrik; kurus kering; dan tanda cekikan, “jelas Ciralsky. Kenyataan saat ini: foto-foto serta fotografernya “Caesar,” tersembunyi dari mata publik.
3. Pada tahun 2015, Amnesty International mendokumentasikan kejahatan perang dengan “kekejaman luar biasa” yang sistematis dan meluas, dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh rejim Assad, dalam sebuah laporan 74-halaman (termasuk penggunaan acak senjata peledak, penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan penculikan paksa ). Penelitian ‘yang mengiris hati’ ini hanya melibatkan 78 warga (kebanyakan mantan) dan 29 profesional yang bekerja di Aleppo.
4. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (The Syrian Observatory for Human Rights) – kelompok pengamat berbasis di London, sering dikutip sebagai sumber informasi yang paling otoritatif tentang pelanggaran hak asasi manusia di Suriah – adalah alat propaganda Barat yang dijalankan oleh seseorang yang mengunjungi Suriah terakhir pada tahun 2000 (11 tahun sebelum konflik bersenjata dimulai). Dia mengandalkan informasi “intelijen” yang diduga dikumpulkan oleh sekitar 200 “aktivis” yang tidak pernah dijumpainya. Kenyataan saat ini: Apapun yang diklaim SOHR, media mainstream melaporkannya sebagai kebenaran tanpa memverifikasinya- karena SOHR tidak pernah menyebutkan sumber beritanya.
Kebohongan Pihak Barat
Kenapa dunia yang marah dan (saat ini) peduli tidak menanyakan kepada Amerika Serikat dan media mainstream beberapa pertanyaan penting? Apa yang dilakukan Barat di Suriah? Mengapa Barat yang cinta damai memperpanjang perang? Mengapa Barat mendukung pemberontak di negara asing? Mengapa Barat mendanai dan mempersenjatai ISIS?
Mengapa pasukan Barat tidak dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan perang seperti pemboman rumah sakit? Mengapa media mainstream, LSM dan PBB tidak meminta Barat untuk bertanggungjawab atas kejahatan yang dilakukan di negeri mereka sendiri, atau di Israel, Afrika atau Yaman?
Salah satu alasan mungkin karena banyaknya gas alam di dalam tanah Suriah, dan bahwa ini mungkin bagian dari perang ‘petrodollar’. AS telah lama berminat dengan Suriah, bertahun-tahun sebelum perang sipil dan “Revolusi” di tahun 2011. Bocoran informasi WikiLeaks menunjukkan duta besar AS untuk Suriah William Roebuck (2004-2007) membahas rencana untuk menurunkan Assad dari kekuasaan, pada bulan Desember 2006.
Jika pasukan Rusia dan Iran memasuki Suriah atas permintaan Assad untuk melawan ISIS dan pemberontak bersenjata, militer Barat menginvasi Suriah – sebuah negara berdaulat dan anggota PBB – untuk menggulingkan pemerintah Suriah dengan paksa.
Mengapa Barat tidak menyerang Arab Saudi untuk “intervensi kemanusiaan” dan menyelamatkan warga yang tidak bersalah dari diktatornya yang brutal? Arab Saudi tetap menjadi anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan sekutu AS, meskipun catatan hak asasi manusianya buruk – jika menyerang negara merdeka yang tidak berbahaya dibenarkan, mengapa AS bertindak melawan Osama bin Laden?
Upaya Barat untuk mencaplok Suriah mengandalkan serangkaian pelintiran kebohongan yang kasar- dan corong medianya. Di bulan September, RT berani mengekspos 10 kebohongan Barat tentang konflik Suriah yang dilakukan media mainstream, untuk mengelabui masyarakat Barat untuk mendukung lagi proyek ‘membangun bangsa’ yang gagal (setelah Yugoslavia, Irak dan Libya). Tentu saja, media penebar takut merasa tidak menguntungkan mereka untuk banyak meliput kedustaan , jika ada, di Barat.
Dari mengatakan bahwa konflik merupakan kesalahan dari Assad yang fasik, dan Assad seorang diktator brutal yang tidak populer, sampai menggambarkan dia sebagai Presiden keras yang hanya tertarik pada ‘membunuh rakyatnya sendiri’ – dan tidak tertarik pada perdamaian dan rekonsiliasi, daftar kejahatan ini tidak ada akhirnya. Dari menuduh pemerintah Suriah dan Rusia membantu ISIS dan menggambarkan intervensi Barat di Suriah sebagai upaya kemanusiaan, sampai mengklaim Rusia bertindak untuk kepentingannya sendiri dan bahwa Barat mendukung ‘orang baik’ di Suriah, bisakah anda tahu manakah yang “benar” terjadi? Kenyataannya, Barat tidaklah memerangi ‘teror’ di Suriah, tapi malah membantu.
Ingatkah anda pada wartawan Amerika Serena Shim, yang tewas pada bulan Oktober 2014, setelah ia mengungkapkan link ISIS-Turki-AS yang membuktikan Barat membantu ISIS di Suriah?
Realitas Suriah
Henry Lowendorf, seorang anggota Badan Eksekutif dari Dewan Perdamaian dan Pencari Fakta Delegasi Amerika di Suriah – yang kembali dari Suriah pada bulan Agustus – mencatat: “Apa yang kita lihat di Suriah bertentangan dengan semua yang kita baca di Amerika Serikat.”
Sebelum 2011, buta huruf di Suriah sudah tidak ada; tingkat harapan hidup 75,9 tahun dan pemerintah menghabiskan sejumlah besar uang untuk perbaikan bangsa. Mengembangkan proyek-proyek irigasi, listrik, air dan pembangunan jalan, dan memperluas pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk daerah pedesaan, semuanya terlaksana; dan China menginvestasikan ratusan juta dolar untuk memodernisasi infrastruktur minyak dan gas Suriah yang telah usang.
Tak lama setelah konflik dimulai pada tahun 2011, pemerintah Suriah memberikan otonomi untuk daerah Kurdi dan otoritas politik diserahan kepada organisasi nasionalis berhaluan kiri Kurdi. Tidak seperti di Arab Saudi, di Suriah, Sunni, Kristen, Alawi, Druze, Yahudi, dan kelompok agama lainnya diijinkan untuk menjalankan keyakinan agama mereka secara bebas.
Pada tahun 2012, sebuah konstitusi baru – yang mengakhiri monopoli puluhan tahun kekuasaan politik Partai Arab Sosialis Baath – disodorkan kepada rakyat Suriah yang mana 89,42% suara mendukung. Pasal 8 dari konstitusi baru menyatakan: “Sistem politik negara harus didasarkan pada prinsip pluralisme, dan peraihan kekuasaan demokratis melalui kotak suara.”
Pada tahun 2014, Assad menang telak dalam pemilu Presiden multi-partai pertama di negara itu, yang diawasi oleh pengamat internasional dari 14 negara. Sebuah jajak pendapat independen di bulan Juli 2015 menunjukkan bahwa 47% dari Suriah beranggapan Assad memiliki pengaruh positif di Suriah, dibandingkan dengan 35% beranggapan yang sama kepada Tentara Pembebasan Suriah (Free Syrian Army) yang didukung Barat, dan 26% kepada Koalisi Oposisi Suriah.
Sputnik News melaporkan: “Media Barat menggambarkan pasukan Suriah telah memblokade kota-kota dan menggunakan kelaparan sebagai senjata untuk menundukkan warga. Kenyataan yang sebenarnya, masyarakat telah disandera oleh kelompok teror dan digunakan sebagai perisai manusia untuk mencegah tentara Suriah maju untuk membebaskan mereka yang ditahan paksa. ”
Akankah AS bersikap lunak jika dihadapkan dengan perlawanan brutal dengan kekerasan oleh pemberontak yang didukung asing yang membunuh pejabat pemerintah dan meledakkan gedung-gedung pemerintah? Akankah negara membiarkan teroris untuk menyerang kedaulatannya? Tidak, kan? Assad bertindak kejam pada tahun 2011, sama seperti Amerika Serikat bertindak kejam setelah 9/11. Apakah ada yang menyerang Amerika Serikat (setelah 9/11)?
Apakah Assad men-gas rakyatnya sendiri di Ghouta? Barat tidak tahu pasti tentang siapa yang melakukan serangan senjata kimia; jika Anda meminta bukti bahwa yang Assad melakukannya, kemungkinan Anda tidak akan menerimanya.
Assad, pada bulan Juli, meminta Barat untuk membantu menstabilkan Suriah dengan tidak menjatuhkan pemerintah dan dengan tidak memberikan perlindungan apapun atau dukungan kepada teroris. Dia mengatakan hal ini kepada CBS News pada tahun 2015:
“Intervensi ini masalah Suriah; Saya sejujurnya tidak peduli tentang hal itu. Aku tidak pernah peduli tentang hal itu, selama ada dukungan publik dari rakyat Suriah. Itulah legitimasi saya. legitimasi berasal dari hal-hal seperti itu, tapi mengapa – aku akan memberitahu Anda mengapa, karena Barat biasa memiliki boneka. Bukan pemimpin, atau pejabat, atau negara lain, yang independen dan itulah masalahnya dengan Putin; mereka mengutuk Putin karena dia bisa mengatakan ‘tidak,’ dan dia ingin mandiri, karena Barat, dan khususnya Amerika Serikat, tidak mau bermitra.
“Mereka hanya menerima pengikut. Bahkan Eropa bukan mitra dari Amerika Serikat. Saya berkata sangat jujur kepada Anda. Jadi inilah masalah mereka dengan Suriah. Mereka membutuhkan seseorang yang selalu mengatakan ‘yes.’ Seorang yes-man, boneka, wayang, dan yang seperti itu. ”
Akal Sehat
Adalah penting untuk memahami bahwa tidak semua yang kita baca di media mainstream tentang Assad adalah benar, tetapi lebih mirip dengan apa yang kita lihat selama Perang Teluk di Irak. Ingatlah taktik pemerintah AS yang digunakan untuk menginvasi Irak – dengan dusta senjata pemusnah massal. Ingat, tidak ada bukti yang pernah ditemukan yang membuktikan tuduhan bahwa pasukan Irak telah membantai bayi di Kuwait dengan mengeluarkan mereka dari inkubator – cerita palsu yang diedarkan oleh anak Duta Besar Kuwait untuk Amerika Serikat, yang kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah Bush untuk menganeksasi Irak.
Jelas bahwa sebagian besar negara Barat dan negara Arab Sunni berbohong tentang Assad, atau menyesatkan semua orang tentang apa yang terjadi di Suriah. Tapi sebelum Anda membuat penilaian, tanyakan pada diri sendiri: Apakah Suriah merupakan ancaman bagi dunia? Siapa yang harus Anda dukung: sebuah pemerintah populer (atau otoriter jika Anda masih bersikeras) yang mencoba membela bangsanya dari invasi di dalam dan dari luar negeri, atau sebuah pemerintahan demokratis yang berusaha untuk mengobarkan perang berdasarkan bukti palsu untuk menghancurkan sebuah negara kaya gas di Timur Tengah?
(Fahmi Juber/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar