Petikan Pidato Amanat Imam Khomeini Pada Hari Buruh 1 Mei 1982


Bismillahirrahmanirrahim.

Saya ucapkan selamat kepada Anda sekalian yang telah datang ke dunia ini, yang telah berperan mengukir sejarah, dan yang berkumpul di sini guna memperingati Hari Buruh (Hari Pekerja). Semoga hari yang berbahagia ini menjadi hari yang mulia bagi kita semua, khususnya para buruh tercinta yang telah berjuang meningkatkan nilai-nilai luhur insani. Alhamdulillah, sekarang bangsa kita telah menjadi seperti ini, sehingga Hari Buruh menjadi hari bagi semua dan menjadi tonggak --- bagi setiap orang --- untuk saling menghargai. Dan Hari Perempuan (Hari Ibu, Redaksi), juga telah menjadi hari bagi semua. Semuanya bersama-sama tumbuh-berkembang secara terpadu dan berada dalam satu kesatuan Ilahi. Alhamdulillah, persatuan yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa telah direalisasikan pada seluruh lapisan rakyat Iran (tanpa melihat latar belakang keyakinan, ideologi, filsafat, dan agama yang dianut (lihat Konstitusi Republik Islam Iran --- Redaksi).

***

BANYAK di antara Anda sekalian mungkin tidak memerhatikan betapa sulit dan pahitnya hari-hari bagi majikan-majikan kapitalis, kaum royalis, dan feodalis. Sehari dari usia Anda sama dengan seluruh masa hidup mereka. Kehidupan berfoya-foya, bermalas-malas, makan dengan rakus, dan tidur terus-terusan memaksa mereka berpaling kepada minuman keras, opium, heroin, dan rumah-rumah maksiat untuk melegakan kehidupan monotonnya. Susah bagi mereka untuk menghadapi apa yang terjadi dan bergejolak dalam jiwa mereka sendiri.

Seperti telah Anda ketahui, Rasulullah Muhammad SAW mencium tapak tangan seorang buruh; tapak tangan yang ditandai dengan tonjolan belulang. Ini suatu tindakan yang melambangkan tingginya martabat dan nilai kaum buruh sepanjang sejarah. Nabi Muhammad SAW, yang menempati maqam paling mulia dan paling sempurna dari seluruh ummat manusia, mendeklarasikan kerendahan hati semacam itu di hadapan seorang buruh. Beliau mencium tapak tangan buruh itu, dan bukan punggung tangannya karena justru bekas-bekas kerja keras terdapat pada tapak tangan itu. Dengan perbuatan demikian, Nabi hendak menyatakan nilai suatu pekerjaan kepada dunia dan kaum Muslimin.

Ikatan-ikatan dan hubungan-hubungan, serta kontrak-kontrak yang terjadi di dunia saat ini telah mengikat banyak negara pada kutub negara-negara kapitalis atau komunis (sosialis leninis atau sosialis totaliter atau sosialis sentralistik --- Red). Memang, kondisi ini tidak ada pada zaman Rasulullah Muhammad SAW. Nilai kerja pada masa itu terbatas pada konsep bahwa kerja dipandang terhormat dan mulia, juga berguna untuk membangun moralitas dan kehidupan manusia itu sendiri. Dengan kata lain, pada masa itu, apabila seseorang tidak bekerja, tidak serta-merta akan merusak ikatan kerja yang telah dibangun oleh kaum kapitalis-feodal (pemilik modal ---Red).

Sekarang ini nilai kerja Anda akan menentukan kemajuan dunia. Artinya, keberadaan kaum kapitalis atau sosialis (sosialis leninis --- Red) di negeri ini sangat ditentukan oleh kerja Anda. Jika Anda tekun bekerja, maka di samping didapatkan manfaat material dan spiritual (yang berkeadilan --- Red) bagi diri sendiri, juga berarti Anda telah memberi kontribusi bagi bangsa untuk membebaskan diri dari afiliasi-afiliasi yang timpang. Sampai sejauh mana kita berani bertindak untuk memutuskan ikatan-ikatan yang timpang itu? Kita harus camkan dalam diri kita bahwa dalam jenis pekerjaan apa pun, misalnya bekerja di perkebunan atau di pabrik, kita tidak boleh menadahkan tangan (mengemis) kepada pihak lain (penindas --- Red) untuk memenuhi kebutuhan kita. Nilai kerja Anda sekarang tidak bisa dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya (di masa kekuasaan monarkhi Pahlevi).

***

PADA waktu Nabi mencium tapak tangan seorang buruh, beliau berbuat demikian untuk menekankan betapa mulianya nilai kerja. Anda dan semua kita patut bersyukur bahwa Nabi melimpahkan hormat kepada kaum buruh. Seperti telah disebutkan dalam hadis-hadis, keringat yang menetes dari tubuh seorang buruh dipandang sama dengan darah yang menetes dari badan seorang syahid. Sungguh bernilai mulia kewajiban para mujahidin yang berjuang di medan pertempuran. Tetapi keringat karena kerja Anda di pabrik-pabrik mempunyai nilai yang sama mulianya. Mengapa? Karena Anda pun sedang bekerja untuk menghidupkan kembali negeri ini dan membebaskannya dari ketergantungan pada pihak-pihak penindas asing. Anda melakukan usaha-usaha untuk memerdekakan bangsa, yang juga berarti membela Islam. Para mujahidin yang berada pada front perang adalah pekerja-pekerja sebagaimana Anda, dan Anda pun adalah mujahidin sebagaimana mereka. Dan ini adalah suatu rahmat Allah SWT yang dilimpahkan-Nya kepada Anda sebagai salah-satu komunitas tercinta yang bekerja di pusat-pusat industri. Anda perlu ketahui bahwa kaum penghianat --- yang telah menjongoskan diri kepada superpower (?) --- melakukan segala tipu-daya untuk mencegah Anda guna menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan negara kita. Seandainya orang-orang asing itu tidak mencampuri urusan dalam negeri kita, dan jika tidak ada penghianatan-penghianatan yang dilakukan oleh pemerintahan di masa lalu, maka Anda sekarang sudah bekerja pada industri-industrii maju. Anda perlu renungkan baik-baik tentang hal itu. Anda tidak akan dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa bila tidak memikirkan hal ini. Anda harus berpikir untuk menghasilkan apa-apa saja yang dibutuhkan bangsa ini. Anda juga perlu mengetahui bagaimana sepak terjang sekelompok orang yang mengaku sebagai pejuang kaum buruh, tetapi sesungguhnya bermaksud menyeret bangsa kita untuk melayani Barat dengan berlindung di balik samaran (jargon perjuangan --- Red) ke-Timur-an atau nasionalisme sempit.

Anda juga perlu cermati bagaimana negara-negara komunis dan kapitalis memperlakukan kaum buruh. Seperti telah saya katakan kepada Anda, pemimpin tertinggi kaum Muslimin, Rasulullah Muhammad SAW; yang menegakkan agama Islam atas perintah Allah SWT, memberikan tempat terhormat kepada kaum buruh melalui ungkapan simbolis dengan mencium telapak tangan seorang buruh. Tindakan ini semata-mata didasari oleh kerendahan hati. Beliau sangat menyadari nilai-nilai kemanusiaan, dan karena kaum buruh itu merupakan pribadi-pribadi merdeka yang berhak penuh menikmati hasil kerjanya, maka pantas sekali bila Nabi Suci mengekspresikan rasa hormat beliau kepada mereka dengan mencium telapak tangan seorang buruh.

Tokoh Islam kedua, Ali bin Abi Thalib r.a., juga sering berprofesi sebagai seorang buruh. Beliau sering menggali terusan dan menyediakan air, tetapi bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dimanfaatkan oleh orang-orang miskin.

***

SEKARANG perhatikanlah pemimpin-pemimpin dalam blok komunis (sosialis leninis). Mereka menggembar-gemborkan diri dan menghembuskan aneka slogan yang bernada memperjuangkan kepentingan buruh. Namun, coba lihat gaya hidup mereka, dan bagaimana mereka memperlakukan kaum buruh (para pekerja). Patut ditanyakan, apa nilai kaum buruh di mata mereka?

Tengok pula barisan kapitalis, dan cermatilah perlakuan mereka atas kaum buruh. Dua kelompok ini sama-sama memeras para buruh untuk kepentingan mereka sendiri, dan untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Keduanya, dengan berbagai cara, memperdayakan para buruh (pekerja) untuk memenuhi kepentingan-kepentingan mereka. Di negeri-negeri komunis (sosialis leninis), seorang buruh dipandang seperti hewan ternak. Mereka hanya menghendaki para buruh itu bekerja dan menerima ransum untuk mempertahankan hidupnya; dan jika mereka tidak mampu lagi bekerja, mereka kemudian dicampakkan. Sebaliknya, Islam memandang pekerja dan kerja dengan penghargaan serta penghormatan yang tinggi. Islam menghormati kaum buruh (pekerja) sebagaimana menghormati ulama dan mujahidin. Islam menempatkan kaum buruh, kaum tani, dan profesi-profesi lainnya (tentu saja yang dibenarkan oleh hukum positif, kearifan lokal, dan syariah --- Red) secara sama, setara, dan proporsional, sebagaimana kedudukan gigi-gigi pada sisir.

Dikatakan dalam Al-Qur’anul Karim bahwa manusia tidak diistimewakan secara khusus karena kekayaan dan kekuasaannya, tetapi justru dari kemuliaan dan nilai-nilai luhur yang dipancarkan dari ketakwaannya. Barat (Kapitalisme) dan Timur (Komunisme) tidak memiliki hal ini.

***

BANGSA apa pun yang hendak berusaha memerdekakan diri dari pengaruh Barat dan Timur akan menghadapi masalah serius. Dan ini seperti yang sedang kita alami. Kita harus berjuang agar Amerika Serikat dan Inggris --- yang terus berusaha menginjak-nginjak nilai-nilai kemanusiaan kita (dan membangun rencana untuk merusak dan mendehumanisasi pemuda-pemuda kita) --- tidak mendominasi kita. Kita harus menolak berada di bawah dominasi mereka karena kita benar-benar hendak bebas merdeka (bukan merdeka di bawah bayang-bayang dominasi; atau merdeka secara konstitusional saja, tetapi secara ekonomi, politik, kebudayaan, dan ideologi masih terjajah --- Red). Anda semua harus berusaha ke arah tujuan ini. Tangan-tangan bangsa ini sendirilah yang berhak menentukan kebaikan dan keburukan dalam negara ini. Anda adalah bagian terpenting dari negeri ini, sehingga memiliki peran efektif untuk dimainkan dalam memutuskan ikatan ketergantungan bangsa ini dari kaum imperialis.

Kaum buruh dan tani ibarat dua tangan dari negeri ini, sehingga harus melakukan segala upaya agar kita tidak lagi menyandarkan diri pada kaum penindas (mustakbarin), terutama berkenaan dengan sektor pertanian dan industri. Yakinlah bahwa apabila Anda mulai bertindak dari sekarang, dan seterusnya tanpa henti, maka kelak kita akan mencapai tujuan itu.

Sekali lagi, kita tidak boleh terus bersandar pada kaum agresor asing itu. Kita harus bebas merdeka. Kita harus berusaha untuk mencapai tingkatan di mana negara kita dapat mengekspor gandum dan komoditas-komoditas lain (tidak saja mengandalkan ekspor minyak dan gas --- Red).

***

BIARLAH pena-pena korup menistakan Anda, menyangkali nilai-nilai yang Anda anut, dan menafikan kebajikan-kebajikan bangsa dan pemerintah Iran. Tetapi dunia telah menyadari nilai perjuangan Anda. Dan ini dicatat dalam sejarah kontemporer. Saya sungguh berharap kiranya bangsa-bangsa lain akan mengikuti jejak Anda dan meneladani keluhuran Islam, sehingga mereka (insya Allah) akan menjadi sama seperti Anda dan mencapai kemerdekaan dan kebebasan sesungguhnya. [**]

Dikutipdari Majalah Yaum al-Quds, No 8, Rajab 1403 H

(Diskusi-Kliping-Iran/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Sabtu, 20 Agustus 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Petikan Pidato Amanat Imam Khomeini Pada Hari Buruh 1 Mei 1982. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/08/petikan-pidato-amanat-imam-khomeini.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS