Islamic State mungkin telah kehilangan banyak wilayahnya di Irak dan Suriah, namun serangan teror di Jakarta pada awal 2016 menunjukkan bahwa ISIS mendorong grup ekstremis lainnya untuk beraksi di bawah kepemimpinan mereka.
Dalam sebagian besar kasus, sejumlah grup ini tidak memiliki kontak langsung dengan ISIS di Irak dan Suriah. Namun beberapa analis menlai ISIS dengan senang hati mengklaim serangkaian aksi teror di seluruh dunia.
"Dari awal, ISIS sudah bersumpah akan berjuang di kancah global. Namun belakangan ini, mereka fokus mengatur kekhalifahan di Irak dan Suriah," kata Michael Kugelman, seorang analis dari Woodrow Wilson Center di Washington, Amerika Serikat (AS).
Dengan adanya pergerakan pasukan Irak yang merebut kembali sejumlah wilayah, ISIS "telah mengalihkan perhatian untuk fokus terhadap pendekatan global," tutur Kugelman, seperti dilansir AFP, Minggu (17/1/2016).
"Pertanyaan besarnya adalah, setelah serangan di Jakarta dan lainnya di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir - yang diklaim ISIS - apakah para militan ini hanya terinspirasi ISIS atau telah diatur langsung oleh ISIS?" tanya Kugelman.Kugelman, seperti sejumlah pakar yang dimintai keterangan oleh AFP, meyakini ISIS sekarang giat mengklaim serangkaian aksi teror di dunia dengan memanfaatkan "pengenalan brand" atas namanya yang telah menyebar luas di kancah global. Brand ISIS menyebar cepat dan luas, sebagian besarnya via media sosial. Lewat cara ini, ISIS tidak perlu bersusah payah mengatur satu per satu grup militan di dunia.
"Saat ini ada banyak militan yang bertempur dalam organisasi berbeda, yang tertarik mengidentifikasi diri mereka sendiri dalam suatu alasan atau ideologi. Mereka melihat ISIS sebagai alasan yang sangat dinamis, karena sering muncul di berbagai media atas serangkaian aksi brutal," ucap Kugelman.
Mencari Identitas Baru
Itulah mengapa dalam beberapa bulan terakhir ada banyak grup di Afghanistan dan Pakistan yang mengaku sebagai ISIS. Mereka mengklaim berbagai aksi teror dan berpose di internet dengan bendera hitam khas ISIS.
"Mereka adalah militan lokal yang berusaha mencari identitas baru dengan bergabung ke ISIS," kata analis asal Pakistan Hasan Askari.
"Ideologi ISIS telah muncul di Pakistan. Ini adalah tradisi ekstrem Salafi dan orang-orang sekarang mengikuti mereka untuk identitas baru, walau mungkin saja mereka sama sekali tidak memiliki hubungan langsung dengan kepemimpinan ISIS," tambah dia.Askari mengatakan belum ada bukti yang menunjukkan bahwa kepemimpinan ISIS telah secara langsung mengunjungi sejumlah grup militan di Pakistan dan Afghanistan, dua negara yang merupakan markas Al Qaeda.
Amedy Coulibaly, militan asal Prancis yang membunuh empat Yahudi di Paris pada Januari 2015, telah mendeklarasikan kesetiaan kepada ISIS. Namun investigasi sejauh ini tidak menemukan adanya bukti dia pernah mengontak atau dikontak langsung oleh ISIS. Dia hanya sering melihat berbagai video propaganda ISIS di dunia maya.
Teror di Jakarta Sesuatu yang Baru
Kepolisian Indonesia menginvestigasi serangan teror pada 14 Januari di kawasan Sarinah, di dekat pusat perbelanjaan, hotel mewah dan beberapa kedutaan besar. Serangan ini menelan delapan korban, empat di antaranya pelaku. Polisi Indonesia menyebut Bahrun Naim sebagai otak di balik serangan. Bahrun Naim diketahui memiliki keterkaitan dengan grup militan bernama Katibah Nusantara.
"Di Indonesia, saya belum pernah mendengar indikasi adanya kehadiran ISIS sebelum terjadinya serangan. Ini merupakan sesuatu yang baru," ungkap Kugelman.
ISIS telah beraliansi dengan beberapa grup ekstremis di delapan negara -- di Aljazair, Nigeria, Libya, Mesir, Arab Saudi, Yaman, Afghanistan dan Pakistan -- dan mengklaim telah mengarahkan atau menginspirasi serangan teror di sedikitnya 17 negara, dengan korban jiwa mencapai sekitar 1,000 orang.
Sejumlah agensi keamanan di dunia telah lama mengkhawatirkan ISIS dapat bekerja sama dengan grup ekstremis Boko Haram, yang sejak 2009 melancarkan teror di benua Afrika. Mei 2015, ISIS menerima pernyataan kesetiaan dari Boko Haram.
"Untuk Boko Haram di Nigeria, tidak ada bukti jelas atas terjadinya kontak operasional (dengan ISIS)," kata Peter Pham dari Atlantic Council di Washington, yang mengindikasikan adanya semacam pengaruh ISIS terhadap Boko Haram.Pham khawatir atas pergerakan ISIS ke kawasan Sahel di wilayah utara Afrika. Dihantam koalisi pimpinan AS dan jet Rusia di Suriah dan Irak, ISIS telah menggeser posisinya ke Libya, di mana sejumlah grup militan mengambil keuntungan dari kekacauan di negara tersebut. "Kita harus ingat bahwa Sahel adalah wilayah yang rentan ditembus (ISIS)," kata Pham.
ISIS mendeklarasikan kekhalifahan pada Juni 2014, dan menunjuk Abu Bakr al-Baghdadi sebagai pemimpin untuk seluruh Muslim di dunia. Menurut berbagai sumber, jumlah militan serta simpatisan ISIS di seluruh dunia berkisar 50 hingga 250 ribu orang.
(AFP/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar