Oleh: Imam Shamsi Ali (Presiden Nusantara Foundation dan imam di Islamic Center of New York)
Pagi ini saya bangun pagi. Sayangnya sambutan yang saya dapatkan adalah berita yang buruk. Nun di seberang negeri sana, tersiar kabar telah terjadi pemboman di Sarinah Jakarta. Beberapa orang menjadi korban dari serangan teroris itu.
Pertama, saya tentunya ingin menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada para korban dan keluarganya. Semoga Allah merahmati yang meninggal, memulihkan yang luka, dan memberikan kekuatan dan kesabaran kepada keluarganya. Amin.
Kedua, saya sangat mengutuk sekeras-kerasnya dan tanpa reservasi apapun terhadap serangan terorisme ini. Aksi semacam ini sungguh perbuatan yang terkutuk dan tidak mendapatkan pembenaran apapun, baik dalam rasionalitas kemanusiaan, apalagi pertimbangan moral dan agama.
Ketiga, saya juga meminta kepada pemerintah dan penegak hukum untuk segera menangkap. Kemudian memproses secara hukum serta menegakkan keadilan sejujur mungkin siapa saja pelaku dan pendukung dari serangan ini. Tentunya, semua ini agar proses pencarian pelaku bisa dilakukan hingga tuntas ke akar-akarnya.
Keempat, mengimbau kepada semua pihak untuk menghindari kategorisasi pelaku. Teror adalah teror. Teror tidak punya agama dan komunitas yang berlabel moralitas dan kemanusiaan. Oleh sebab itu mengaitkan pelaku dengan komunitas agama tertentu sungguh sangat salah. Tentunya hal itu hanya menjadi penyemangat bagi pelaku kebiadaban tersebut.
Kelima, meminta kepada para ulama untuk tetap menjalankan tugas "tarbiyah" mereka. Marilah kita mendidik umat dalam kebajikan. Mari kita menghindari pelemparan tuduhan tanpa dasar, apalagi dbangun di atas dasar "teori konspirasi". Tugas para ulama dan tokoh agama maupun masyarakat adalah mendidik, menenangkan, dan membantu pemerintan dalam menyelesaikan permasalahan.
Keenam, mengajak kepada semua umat beragama untuk menjadikan kekerasan dan terorisme sebagai "musuh bersama". Terorisme sesungguhnya menjadi musuh kemanusiaan dan peradaban. Ia juga menjadi antitesis dari kehidupan. Oleh karenanya, terorisme adalah musuh kemanusiaan kita bersama.
Ketujuh, menghimbau kepada semua pihak untuk melihat kejahatan sebagai kejahatan tanpa tendensi membenarkan kejahatan karena kejahatan lain. Terorisme adalah terorisme. Sekali lagi, tidak akan dibenarkan atas nama terorisme di pihak lain. Oleh karena itu jangan membenarkan sebuah praktek kejahatan itu atas dasar untuk memerangi kejahatan. Itu keliru!
Kedelapan, mengajak kepada semua pihak untuk memahami agama secara benar. Mari kita menjadikan agama sebagai dasar dalam melawan teror. Bukan seperti selama ini, ajaran agama justru dianggap menjustifikasi aksi teror dan kekerasan.
Akhirnya kepada Allah kita bermuwajahah semoga umat, bangsa dan negara kita selalu dijaga dari semua keburukan. Amin.
New York, 14 Januari 2016
(Republika/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar