Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku prihatin atas tindakan Kerajaan Arab Saudi mengeksekusi ulama Syiah negara ini, Syaikh Nimr Baqir Al-Nimr, yang kemudian membangkitkan gejolak dalam hubungan Saudi dengan Iran. Di saat yang sama, Putin juga mengecam keras serangan terhadap Kedutaan Besar (Kedubes) Saudi oleh massa demonstran di Iran.
“Kami menyesalkan (eksekusi) ini terjadi, terutama mengingat bahwa ulama itu melawan Arab Saudi bukan dengan kekuatan yang mematikan,” ungkap Putin dalam wawancara dengan koran Blid, Jerman, sebagaimana dilansir situs TASS, Rusia, Selasa (12/1).
Mengenai serangan terhadap Saudi di Iran dia mengatakan, “Memang benar bahwa serangan terhadap kedubes itu adalah peristiwa yang sama sekali tak dapat diterima dalam dunia modern. Sejauh pengetahuan saya, otoritas Iran sudah menangkap sejumlah pelaku serangan.”
Presiden Rusia menilai konflik Saudi - Iran telah mengusutkan proses penyelesaian kemelut Suriah.
“Ini menghambat upaya menyelesaikan krisis Suriah dan perang melawan terorisme serta proses penghentian masuknya pengungsi ke Eropa. Adapun apakah ini akan menyebabkan bentrokan regional yang besar, saya tidak tahu. Saya lebih suka untuk tidak berbicara atau berpikir soal ini. Kami memiliki hubungan yang baik dengan Iran, dan kemitraan kami dengan Arab Saudi juga stabil.”
Lebih lanjut dia menekankan kesiapan Rusia membantu meredakan ketegangan hubungan Saudi – Iran.
Dia mengatakan, “Jika partisipasi kami dalam bentuk apapun diperlukan, kami siap untuk melakukan apapun yang memungkinkan untuk penyelesaian konflik ini secepat mungkin.”
Seperti diketahui, hubungan antara Riyadh dan Teheran meradang sejak 2 Januari lalu, menyusul eksekusi Syaikh Al-Nimr. Kedubes Saudi di Iran diserang dan dibakar oleh massa demonstran. Saudi kemudian memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran. Langkah Saudi ini diikuti oleh Bahrain, Sudan dan Djibouti, sedangkan Uni Emirat Arab menurunkan taraf hubungannya dengan Iran, dan Kuwait memulangkan duta besarnya dari Teheran.
Presiden Iran Hassan Rouhani sendiri menyesalkan serangan terhadap Kedubes Saudi tersebut dan meminta supaya pihak yang berwenang di Iran menindak tegas pelaku serangan serta aparat yang lalai dalam menjaga keamanan Kedubes Saudi.
Presiden Iran Serukan Penyelidikan Kasus Serangan Terhadap Kedubes Saudi
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam sebuah rapat kabinetnya kembali mengutuk serangan terhadap Kedutaan Besar (Kedubes) di Teheran dan Konsulat Arab Saudi di Masyhad, Iran, dan meminta kepada otoritas pengadilan negara ini supaya segera menyelidiki kasus tersebut.
Rouhani juga menyayangkan lemahnya kinerja aparat keamanan dalam mengantisipasi insiden tersebut. Karena itu dia meminta kepada Kementerian Dalam Negeri supaya “menindak tegas para oknum yang berperan atau lalai dalam insiden ini.
Rouhani menyebut para penyerang diplomat sebagai “penjahat, baik dilakukan akibat kebodohan maupun akibat komunikasinya.”
“Serangan terhadap mereka (para diplomat) bertentangan dengan undang-undang dan hukum syariat, menyalahi sistem pemerintahan Iran, dan tak ada bedanya dengan serangan terhadap rumah orang lain,” tegas Rouhani, seperti dilansir Alalam, Rabu (6/1).
Dia menambahkan bahwa serangan seperti itu di negara manapun, tak terkecuali Iran, jelas salah dan keji.
“Serangan itu bertolak belakang dengan budaya Islam dan kearifan lokal bangsa Iran,” ujarnya.
Seperti pernah diberitakan, beberapa orang tak dikenal Sabtu malam pekan lalu (2/1/2016) telah menyerang dan melemparkan bom molotov ke Kedubes Saudi di Teheran dalam peristiwa unjuk rasa protes hukuman mati ulama Syiah Saudi Syeikh Nimr Baqir al-Nimr oleh otoritas Saudi. Jaksa Teheran Abbas Jafari Dolatabadi mengatakan bahwa puluhan orang sudah diketahui identitasnya dan diringkus petugas untuk diproses sesuai hukum yang berlaku.
Bertindak Anarkis Terhadap Kedubes Saudi di Teheran, 40 Demonstran Ditangkap
Meskipun pemerintah, alim ulama dan rakyat Iran marah terhadap hukuman mati ulama Syiah Arab Saudi, Syeikh Nimr al-Nimr, oleh otoritas Saudi, namun itu bukan berarti Iran menghalalkan segala cara dan tindakan anarkis dalam mengungkapkan kemarahan.
Sebagaimana dilaporkan AFP, seorang pejabat Iran Minggu (3/1/2016) menyatakan sebanyak 40 orang ditangkap karena diduga terlibat aksi serangan dan pelemparan bom molotov terhadap gedung Kedutaan Besar (Kedubes) Arab Saudi di Teheran dalam peristiwa unjuk rasa protes hukuman mati Syeikh al-Nimr.
Beberapa orang tak dikenal Sabtu malam (2/1/2016) telah menyerang dan melemparkan bom molotov ke Kedubes Saudi di Teheran. Namun, kantor berita mahasiswa Iran, ISNA, melansir pernyataan Jaksa Teheran Abbas Jafari Dolatabadi bahwa puluhan orang sudah diketahui identitasnya dan diringkus petugas, dan bisa jadi masih akan ada penangkapan selanjutnya.
Pemimpin Besar Iran Grand Ayatollah Ali Khamenei turut mengecam hukuman mati Syeikh al-Nimr. “Tidak diragukan lagi, menumpahkan darah martir yang tidak bersalah ini akan memiliki efek yang cepat. Pembalasan dari Illahi akan datang bagi politisi Arab,” ,” katanya dalam sebuah kuliah fikih tingkat pakar di Teheran, Minggu.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran menyerukan kepada warga Iran supaya tidak berkonsentrasi di depan Kedubes dan Konsulat Arab Saudi.
Juru bicara Kemlu Iran Hossein Jabir Ansari menegaskan bahwa keamanan gedung-gedung diplomatik Saudi harus dijaga sepenuhnya. “Polisi Iran berkomitmen menjaga keamanan kantor perwakilan diplomatik Saudi di Teheran dan Masyhad, dan akan menindak tegas segala bentuk ancaman terhadapnya,” ungkap Ansari, sebagaimana dilansir IRNA.
Khamenei: Eksekusi Syaikh Nimr Adalah Kesalahan Politik Rezim Saudi
Pemimpin Revolusi Republik Islam Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengecam keras eksekusi yang dilakukan Arab Saudi terhadap Syaikh Nimr Baqir al-Nimr. Ia menilai, seluruh dunia perlu bertindak untuk menghadapi hal ini, juga terhadap kejahatan-kejahatan yang dilakukan rezim Saudi kepada Yaman dan Bahrain.
“Tidak diragukan lagi, menumpahkan darah martir yang tidak bersalah ini akan memiliki efek yang cepat. Pembalasan dari Illahi akan datang bagi politisi Arab,” ujar Khamenei.
Khamenei menyebut eksekusi terhadap Syaikh Nimr adalah kesalahan politik rezim Saudi. Ia juga menekankan, bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan membiarkan begitu saja darah hamba-Nya yang tak bersalah. Menurutnya, pembalasan akan datang dengan cepat menimpa para politisi Saudi.
Khamenei juga mengecam bungkamnya pihak-pihak yang selama ini mengaku sebagai pendukung kebebasan, demokrasi dan hak asasi manusia. Apalagi, mereka malah mendukung rezim Saudi yang telah membunuh seorang yang tak bersalah, yang hanya melakukan suatu kritik.
“Seluruh dunia, dan dunia Muslim pada khususnya harus ikut merasa bertanggung jawab terhadap masalah ini.”
Khamenei menambahkan bahwa Syaikh Nimr bukanlah orang yang mengangkat senjata, atau menghasut masyarakat untuk mengangkat senjata dan melakukan makar. Satu-satunya yang ia lakukan adalah mengritik, dan menyeru untuk berbuat yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama.
Khamenei mencatat bahwa kejahatan rezim Saudi lainnya adalah menyiksa rakyat Bahrain, menghancurkan masjid dan rumah-rumah rakyat Yaman selama 10 bulan terakhir. “Siapapun yang peduli pada kemanusiaan, hak asasi dan keadilan, harus menindaklanjuti masalah tersebut. Tidak boleh bersikap acuh tak acuh melihat situasi ini,” tegasnya.
(Liputan-Islam/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar