Penulis: Hujjatul Islam Jahangiri Sahrovardi
Syaikh Nimr Baqir Al-Nimr adalah salah seorang ulama pejuang Arab Saudi yang ditangkap lantaran demonstrasi massa pada tahun 2012 lalu.
Pada tanggal 15 Oktober 2014 lalu, PenagadilanKriminal Arab Saudi mengeluarkan pidana eksekusi mati dengan pedang dan lantas disalib di hadapan khalayak dengan tuduhan “mengancam keamanan nasional dan angkat senjata”.
Pidana eksekusi mati ini pun terus tertunda hingga satu. Banyak usaha internasional telah dilakukan untuk mendukung dan membela ulama pejuang ini. Akan tetapi, semua itu gagal dan Syaikh Nimr pun dieksekusi mati pada 2 Januari 2016 lalu.
Dalam menjustifikasi pidana eksekusi mati ini, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan pernyataan tertulis dengan beberapa poin:
Poin pertama, para imam Muslimin menekankan persatuan dan menghindari segala sesuatu yang bisa menyebabkan ancaman keamanan.
Poin kedua, dalam sebuah hadis Rasulullah ditegaskan, barang siapa ingin mencerai-beraikan persatuan Muslimin, maka kepalanya harus dipenggal.
Poin ketiga, larangan dan ancaman yang sangat terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabawi bertujuan supaya keteraturan terpelihara dan keamanan tegak.
Pidana eksekusi mati tersebut membuktikan bahwa negara Arab Saudi adalah sebuah negara yang tertutup dan tidak menghormati satu pun nilai-nilai insani. Tak satu pun keyakinan masyarakat dihormati. Para penguasa Saudi membayangkan bisa membungkam keyakinan masyarakat dengan cara membantai dan membunuh.
Dalam pernyataan ini, Kemenlu Arab Saudi ingin merancaukan opini. Mereka ingin mendiktekan kepada dunia bahwa mereka yang memprotes segala bentuk kelaliman negara tergolong kelompok teroris yang mengancam kedaulatan.
Pertanyaan yang muncul adalah selama Syaikh Nimr berada dalam penjara, siapakah di antara para pengikutnya yang telah melakukan aksi teroris? [Bersambung]
Satu hal lain yang sangat penting kita ketahui bersama adalah Al Sa‘ud melakukan seluruh kejahatan yang mereka lakukan dengan label Islam.
Dalam setiap tindakan, Al Sa‘ud membawakan ayat-ayat Al-Qur’an dan membayangkan sedang menjalan ajaran Islam. Padahal tidak demikian. Mereka sedang menunjukkan wajah menjijikan dan beringas tentang Islam. Dengan cara ini, Al Sa‘ud sedang menjalankan proyek Islamofobia.
Dengan membawakan ayat-ayat Al-Qur’an, Al Sa‘ud hanya ingin menjustifikasi setiap tindakan dan kejahatan mereka. Padahal tak satu pun ayat tersebut berhubungan dengan tindakan dan aksi yang sedang mereka lakukan. Ini membuktikan bahwa mereka sedang memperalat Al-Qur’an.
Untuk itu, Makkah dan Madinah hanyalah alat yang dimainkan oleh Al Sa‘ud untuk menutupi seluruh kejahatan dan kebusukan mereka.
Tentu, pernyataan resmi Kemenlu Arab Saudi ini telah berhasil mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil. Sekarang kita harus buktikan kepada dunia bahwa Syaikh Nimr bukanlah seorang teroris. Ia telah menghadiahkan jiwa dan raga untuk memerangi terorisme. Ia malah gugur di tangan sebuah negara yang merupakan pendidik teroris terbesar di dunia.
Sekarang kita harus perkenalkan hubungan Arab Saudi dengan terorisme kepada dunia. Terorisme sekarang ini bergerak secara sistematis dengan motor penggerak dari Jami‘ah Ummul Qura.
Kita harus pahamkan kepada bahwa Arab Saudi sedang memperalat Islam sehingga mereka bangun dari keteledoran. Kita harus mengusir Al Sa‘ud dari kedua tempat suci Dunia Islam ini.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar