Jamaah Muslim shalat di Masjid Pir Taza di ibukota Azeri, Baku, pada tanggal 18 Juli 2015. (Foto: AFP)
Ratusan intelektual di Azerbaijan telah menandatangani petisi mengutuk tindakan keras yang dilakukan oleh pemerintah pada Muslim Syiah di kota timur.
Pasukan keamanan Azerbaijan melakukan razia yang melibatkan ratusan personil pada peringatan berkabung kesyahidan Imam Hussein (as), di Nardaran, ibukota, Baku, pada tanggal 26 November, yang memicu bentrokan yang menewaskan lima orang dan dua polisi.
Petisi itu mengatakan razia yang dilakukan oleh pasukan keamanan yang telah menewaskan kedua anggota polisi tersebut beralasan untuk menekan Muslim Syiah, yang membentuk mayoritas penduduknya.
Pada hari Jumat, parlemen negara itu mengesahkan undang-undang yang melarang tampilan di podium dan melarang spanduk peringatan kesyahidan Imam Syiah dan juga melarang mereka yang pernah belajar agama di luar negeri tampil dan melakukan peringatan keagamaan.
Serangan bulan lalu diikuti oleh serangan lain di sebuah masjid Syiah, yang juga menyebabkan kematian.
Intelektual juga mengecam Baku yang telah menuduh Syiah mendukung kelompok teroris Takfiri ISIS yang terutama beroperasi di Irak dan Suriah.
Mereka mengatakan bahwa kelompok Takfiri adalah penciptaan Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi, yang akan digunakan untuk mendominasi sumber daya dari negara-negara kaya minyak.
Tale ‘Baqirzadeh, alias Sheik Bagirov, ketua Persatuan Muslim Azerbaijan
Sejumlah orang yang memiliki pandangan anti-Israel dan anti-Takfiri juga ditahanan di Azerbaijan, termasuk Tale ‘Baqirzadeh alias Sheikh Bagirov, yang dikenal karena kritikan kuatnya terhadap Wahhabi, Takfiri , dan Zionis.
Wahhabisme adalah ideologi radikal yang mendominasi dan dengan bebas disampaikan oleh ulama Saudi. Takfirism, atau praktek menuduh orang lain sebagai “kafir,” adalah karakteristik Wahhabisme.
Azerbaijan juga meluncurkan kampanye penindasan terhadap masyarakat Syiah pada tahun 2010, ketika itu diberlakukan larangan pemakaian jilbab bagi gadis-gadis di sekolah. []
(Mahdi-News/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar