Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta (Foto: liputan6.com)
Jajaran pengurus harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Selasa 6 Januari 2016. Kedatangan MUI ke istana untuk meminta Pemerintah Indonesia memberikan peran yang lebih aktif untuk meredakan ketegangan antara Arab Saudi dan Iran.
“Kami menyampaikan usul-usul seperti peran Indonesia dalam meredakan konflik Iran dan Arab. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim memiliki posisi yang strategis untuk menengahi konflik yang terjadi,” ujar Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin seusai pertemuan.
MUI khawatir konflik yang melibatkan Iran dan Arab Saudi meluas. MUI sendiri, papar Ma’ruf, melihat konflik itu sudah dalam tahap sangat mengkhawatirkan yang bisa memicu perang yang lebih luas, karena Iran memiliki banyak sekutu, seperti Irak, Libanon, dan Syria. Sedangkan Arab Saudi beraliansi dengan negara-negara teluk.
Berdasarkan pernyataan Jokowi dalam pertemuan tadi, kata Ma’ruf, pemerintah menyadari gentingnya situasi yang terjadi di daerah Timur Tengah. Oleh karena itu, pemerintah melakukan upaya diplomasi untuk meredakan situasi.
Menurut Ma’ruf, presiden menyambut baik bahwa Indonesia sedang melakukan upaya-upaya diplomasi dan menerima permintaan banyak pihak dari negara-negara yang berkonflik itu. Tapi beliau menyadari konflik Iran dan Arab itu cukup pelik.
Menurut Presiden, imbuh Ma’ruf, ada berbagai masalah yang menyulut konflik antara Arab Saudi dan Iran, di antaranya perbedaan pemikiran dan akidah, yakni Sunni dan Syiah; masalah ekonomi; masalah minyak; dan masalah lain yang berkaitan.
“Di belakangnya juga ada Amerika Serikat dan Rusia, sehingga tidak mudah. Tapi Indonesia memainkan perannya dan semoga akan berhasil,” katanya.
Konflik terjadi antara Arab Saudi dan Iran akibat eksekusi ulama Syiah Syeikh Nimr Baqir al-Nimr. Nimr tidak masuk dalam daftar teratas ulama Syiah di Arab Saudi. Namun, eksekusi matinya oleh Saudi menyebabkan krisis regional, memantik kecaman Irak, Iran, dan pejabat senior PBB.
Eksekusi Nimr juga memicu penyerbuan warga Iran ke kantor Kedutaan Besar Saudi di Teheran pada Minggu 3 Januari 2016. Massa mencoba merangsek masuk gedung, menghancurkan furnitur dan memantik api, sebelum akhirnya berhasil dibubarkan polisi.
Pada Minggu 3 Januari 2016 malam, Kementerian Luar Negeri Saudi di Riyadh mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran.
(Satu-Islam/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar