Demonstran Iran meneriakkan slogan sambil membawa foto ulama Syiah Sheikh Nimr al-Nimr saat demo menentang eksekusinya di Saudi Arabia, di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran 3 Januari 2016.
Iran memperingatkan Arab Saudi untuk berhenti menunjukkan sikap provokatif. Seruan ini menyusul pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan Arab Saudi terhadap Iran, usai penyerbuan terhadap kantor kedutaan mereka.
Dilansir dari deutschewelle, Kamis (7/1), penyerbuan warga Iran atas kantor kedutaan Arab Saudi merupakan pernyataan sikap usai terjadinya eksekusi terhadap seorang ulama syiah terkemuka. Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zaif, menilai sikap Arab Saudi sebagai tindakan provokasi.
"Kami sudah berbesar hati menyikapi eksekusi. Namun, kami menyayangkan sikap tetangga kami. Tindakan provokasi harus dihentikan," ujar Zarif di Teheran, Rabu (6/1).
Ketegangan politik antara Iran dan Arab Saudi dimulai pada Sabtu (2/1) lalu setelah adanya eksekusi 47 orang. Salah satu di antara 47 orang yang dieksekusi adalah ulama Syiah ternama, Nimr al-Nimr.
Al Nimr merupakan tokoh kunci dalam protes pada 2011 lalu. Ia ditangkap pada 2012 usai menyerukan pemisahann dua provinsi dari kerajaan Arab Saudi. Pembakaran kedutaan Arab Saudi terjadi di Teheran setelah adanya eksekusi 47 orang. Pejabat Iran mengutuk aksi tersebut, tetapi tidak menetapkan sanksi terhadap para pengunjuk rasa.
Usai aksi pembakaran, Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran. Sikap ini selanjutnya didukung beberapa negara sekutu Arab Saudi seperri Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Djibouti.
(Republika/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar