Pengunjuk rasa menentang hukuman mati pemerintah Saudi atas ulama Syiah di desa Sanabis, Bahrain. (Foto: Reuters)
Sejumlah negara yang bersekutu dengan Arab Saudi melakukan aksi diplomatik bersama menentang Iran setelah kedutaan besar Saudi di Teheran diserang di tengah-tengah demonstrasi yang mengecam pelaksanaan hukuman mati seorang ulama Muslim Syiah Saudi Syeikh Nimr Bagir al-Nimr.
Bahrain dan Sudan memutus hubungan dengan Iran, sementara Uni Arab Emirates mengurangi misi diplomasinya. Bahrain dikabarkan telah menutup misi diplomatiknya di Teheran. Diplomat Iran di Bahrain diberi waktu paling lambat 48 jam untuk meninggalkan wilayah kerajaan Bahrain.
“Kerajaan Bahrain telah memutuskan untuk menghentikan hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran dan telah menyerukan pada semua anggota misi (Iran) untuk meninggalkan Kerajaan dalam waktu 48 jam,” sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Bahrain, seperti dikutip dari Bahrain News Agency, Senin 4 Januari 2015.
“Kerajaan juga telah memutuskan untuk menutup misi diplomatiknya di Republik Islam Iran dan menarik semua anggota misi,” lanjut pernyataan itu. Bahrain juga akan mengambil tindakan yang relevan untuk pelaksanaan pemutusan hubungan dengan Republik Islam Iran.
“Berdasarkan keputusan Kabinet, Kementerian Luar Negeri memanggil Mortadha Sanubari, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Republik Islam Iran, dan menyerahkan sebuah memorandum resmi dalam hal ini,” kata kementerian itu.
Keputusan Bahrain memutus hubungan diplomatik dengan Iran didasari dukungan mereka pada Arab Saudi. Seperti diketahui, pemerintah Arab Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Iran setelah kedubes Arab Saudi di Teheran diserang massa demonstran.
Bahrain dikuasai seorang raja Muslim berpaham Wahabi tetapi berpenduduk mayoritas Syiah. Pada hari Senin 4 Januari 2016, negara itu memberikan waktu 48 jam bagi para diplomat Iran untuk meninggalkan Bahrain.
Bahrain, yang merupakan tempat Armada ke-lima Angkatan Laut Amerika Serikat sering kali menuduh Iran mendukung demonstrasi warga negaranya setelah terjadinya pemberontakan Arab Spring tahun 2011.
Sudan menyusul menghentikan relasi dengan negara tersebut. “Pemerintah Sudan mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran secepat mungkin,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Sudan, Senin 4 Januari 2016.
Arab Saudi pada hari Minggu 3 Januari 2016 memutus hubungan diplomatik dengan Iran dan memberikan waktu selama dua hari bagi diplomat Iran untuk pergi.
Arab Saudi dan Iran adalah kekuatan utama kawasan yang kerap bersitegang. Arab Saudi yang berpaham Wahabi merupakan sekutu dekat Amerika Serikat yang menjadi penyokong kekuatan zionis Israel, sementara Iran adalah sekutu dekat Lebanon dan Suriah yang menentang dominasi Israel. Iran juga menjadi menjalin hubungan erat dengan Rusia, Cina, Irak dan Venezuella.
Arab Saudi baru-baru ini membentuk sebuah koalisi militer yang terdiri dari 34 negara dengan dalih untuk memerangi terorisme. Anggota koalisi itu terdiri dari negara-negara Islam di Timur Tengah, Afrika, dan Asia, termasuk negara-negara Teluk yang kuat, seperti Mesir dan Turki, tetapi tidak termasuk Iran.
Riyadh juga mengklaim bahwa Indonesia, sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam, turut mendukung pembentukan koalisi internasional baru pimpinan Saudi, namun pemerintah RI membantah ikut bergabung.
Direktur Pusat Studi Tren Strategis asal Rusia, Ivan Konovalov yang berbasis di Moskow, menyampaikan pada Svobodnaya Pressa bahwa ia meragukan kemampuan koalisi tersebut untuk memerangi terorisme, karena pemain utama dalam aliansi itu sendiri yang memicu kehadiran para teroris.
(Satu-Islam/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar