Ada Tangan Saudi di Balik Pembantaian Syiah Nigeria


Arab Saudi memiliki sejarah panjang dalam mendukung, mempersenjatai dan membiayai kelompok Wahabi fundamentalis di Timur Tengah. Namun ternyata, petualangan rezim Arab Saudi tidak berhenti hanya sampai di kawasan ini.

Dari Afrika Barat hingga ke selatan, kerajaan monarkhi ini telah menjadikan menjadikan langit begitu gelap, menebar ketakutan dan kebencian antar agama, untuk melawan upaya perdamaian. Dan kendati para kelompok teroris berlindung di balik nama yang berbeda seperti Al-Nushrah, Al-Qa‘idah, ISIS ataupun Boko Haram, namun kita tahu bahwa mereka berdiri dengan pemikiran yang sama, doktrin yang sama, perintah yang sama, dan mereka semua melakukan kekerasan yang tidak masuk akal. Bisa dibilang, Arab Saudi-lah pusat dari segala bentuk terorisme dan ketakutan ini.


Meski demikian, ada sedikit kelompok yang berani menentang kebijakan fasis Arab Saudi.
Awalnya, karena persahabatan baiknya dengan Barat dan kekayaan yang dimiliki Arab Saudi, mereka masih bisa menyembunyikan kebobrokannya. Namun sekarang, memperhatikan narasi-narsi kebencian telah sedemikan masif, mungkin ini adalah pertanda bahwa rezim Arab Saudi telah memberi titah terang-terangan kepada ulama-ulama Wahabi untuk melaksanakan agendanya.


Dan saat ini, Nigeria-lah yang menjadi sasaran dari rezim Wahabi Saudi.

Pada hari Minggu, 20 Desember 2015, Ismail Shoaib menyebut dalam sebuah wawancara untuk Al-Waqtnews bahwa, “Dari informasi yang didapat dari orang dalam rezim Nigeria, disebutkan bahwa insiden penyerangan terhadap Ayatullah Zakzaky dilakukan setelah adanya koordinasi dengan Kedubes Saudi. Tentara Nigeria yang langsung menerima perintah untuk menyerang, dan hal ini merupakan agenda Arab Saudi di Abuja.”

Namun oleh media mainstream, tudingan keterlibatan rezim Saudi diterjemahkan dengan sangat menggelikan. Mereka tetap menggunakan pola yang sama, sebagaimana yang kerap digunakan oleh rezim Saudi terhadap Syiah. Pembantaian Nigeria telah menewaskan ribuan orang, perempuan dan anak-anak dibantai secara brutal, namun Raja Salman menyebut tragedi ini sebagai upaya kontra-teror oleh tentara Nigeria.

Pernyataan Raja Salman ini bisa diartikan bahwa ia telah mengabaikan pembantaian terhadap warga sipil Nigeria. Dan menyebut insiden ini sebagai aksi kontra-teror. Artinya, secara terbuka ia telah menghubungkan orang-orang Syiah dengan terorisme. Ironis. Padahal, rezim Saudi sendiri telah mengkriminalisasi orang-orang yang menolak ideologi Wahabi.

Dan sepertinya, keterlibatan Arab Saudi di Nigeria akan berlangsung lebih dalam lagi. Tidak hanya melakukan rekayasa, tetapi juga memberi komando serangan di Zaria, jantung kota Syiah di Nigeria utara.

“Saat terjadi serangan, kami melihat bahwa pasukan komando ada di dalam kendaraan bukan hanya orang-orang Nigeria, namun ada juga orang-orang berkulit putih yang menembakkan peluru kepada rakyat,” jelas Shoaib.

Ia menambahkan, bahwa rezim Nigeria telah menerima kucuran dana dari Arab Saudi selama enam bulan terakhir.

Sementara itu, pemerintah Arab Saudi dan sekutunya tetap menolak tudingan keterlibatan ini, merupakan penjelasan bahwa mereka secara sistematis telah melakukan propaganda anti-Syiah di Nigeria. Yang lebih penting lagi, bagaimana tentara Nigeria bisa melakukan operasi penyerangan yang begitu terstruktur dan terencana di Zaria jika tidak ada komando atau perintah dari atas?

Pembantaian di Nigeria bukanlah kekerasan asal-asalan. Pembantaian ini juga bukan aksi untuk mencegah adanya terorisme seperti yang diklaim oleh Nigeria. Boleh jadi, serangan ini adalah serangan pola kedua yang dilakukan dengan lebih dahsyat dibandingkan dengan serangan yang dilakukan Boko Haram.

Dengan menargetkan komunitas Syiah di Nigeria, maka koalisi anti terorisme yang dibentuk oleh Arab Saudi baru-baru ini, layak dimasukkan ke keranjang sampah.

Ayatullah Zakzaky, telah mendirikan gerakan perdamaian, sebagai bentuk perlawanan atas kekerasan yang dilakukan oleh Boko Haram. Inilah yang menjadi perisai bagi Wahabisme di kawasan Afrika.

Akhirnya, Ayatullah Zakzaky dan keluarganya menjadi target karena suara mereka menggema luas di Nigeria. Menawarkan harapan, bahwa rakyat Nigeria bisa bersama-sama berjuang melawan wabah hitam yang bernama takfirisme.

Sementara itu, aktivis politik menyatakan bahwa tentara Nigeria membakar dan mengubur jenazah para korban untuk menutupi kejahatan yang mereka lakukan.

“Tentara Nigeria mengubur jenazah korban di dalam kuburan massal. Mereka juga membakar jenazah dalam jumlah yang besar.”

Dan hari ini, orang-orang yang bertahan hidup dalam insiden tersebut telah dipenjara. Mereka diperlakukan sewenang-wenang dan ditekan karena menolak mematuhi narasi-narasi kebencian dan sekterian seperti yang diperintahkan oleh rezim Wahabi Saudi.

Pada tanggal 15 Desember, Islamic Human Rights Commission mengeluarkan pernyataan untuk mengecam rezim Nigeria. “IHRC khawatir terhadap kondisi para tahanan. Entah yang telah ditembak mati ataupun yang terluka. Apakah para korban mendapatkan perawatan yang memadai?”


Dan pemerintah Nigeria diam seribu bahasa.

Dalam sebuah surat terbuka, Nusaiba Zakzay menulis, “Saya bukan seorang Muslim Syiah. Saya adalah seorang Muslim. Dan tak ada yang embel-embel yang penting setelah kata ‘Muslim’. Embel-embel yang telah memecah kita menjadi berbagai macam kelomppok/ aliran dalam Islam, dan hanya ada satu jenis Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.”

“Benar-benar menyedihkan ketika menyaksikan saudara-saudara saya di Nigeria dalam insiden yang terjadi di Zaria. Orang-orang Syiah dibantai, pemerintah dan tentara Nigera membantai mereka karena paham Syiah mereka. Seolah-olah, di Nigeria tidak ada orang lain yang memiliki paham Syiah. Banyak orang di Nigeria yang menganut paham Syiah namun mereka tidak diserang,” tambahnya.

Meski begitu besar luka dan sakit hati yang dirasakan Nusaiba, tetapi putri dari Ayatullah Zakzaky ini membalas perlakuan tentara dan pemerintah Nigeria dengan cara yang terpuji. Ia menyeru agar insiden diselesaikan dengan perdamaian dan toleransi.

Dan Arab Saudi masih melanjutkan upaya menebar kebencian dan sekterian untuk memuluskan agenda jahat mereka. Sedangkan upaya-upaya untuk menyerukan toleransi beragama, diberikan label yang berbeda (disebut teroris-red). Inilah saatnya bagi kita semua untuk menggali kebenaran, yang tak pernah kita pertanyakan.


* Catherine Shakdam adalah seorang analis politik, Direktur Shafaqna Institute for Middle Eastern Studies. Tulisan ini diterjemahkan dari ahtribune.com

(Liputan-Islam/Shabestan/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Jumat, 01 Januari 2016

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Ada Tangan Saudi di Balik Pembantaian Syiah Nigeria. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://abnsnews.blogspot.com/2016/01/ada-tangan-saudi-di-balik-pembantaian.html

Subscribe for latest Dunia Penuh Berita


0 komentar:

PROFIL ABNS