Penulis: Hujjatul Islam Mahmud Reza Qasimi
Terjemah kasar game online adalah “perang kabilah dan peradaban”. Game ini mengajarkan kepada gamer bahwa kelompok yang akan tampil sebagai pemenang bukanlah kelompok yang lebih berakal, tapi kelompok yang lebih buas dan bisa memusnahkan sumber-sumber finansial dan kemanusiaan peradaban-peradaban yang lain.
Nama “Clash of Clans” adalah sebuah refleksi dari teori “perang peradaban” milik Samuel Huntington. Mungkin ada keberatan tentang pandangan ini. Akan tetapi, dari sebuah sudut pandang, kita menyaksikan teori “perang peradaban” bertebaran dalam game tersebut. Ketika Samuel mengutarakan teori ini 22 tahun lalu di Universitas Harvard dan menekankan teori “penutup sejarah” Fukoyama, memang hal inilah yang diinginkan Barat dalam game Clash of Clans.
Dalam pandangan Barat, kekuatan yang tampil sebagai pemenang adalah kekuatan yang bisa menguasai sumber finansian dan hardware peradaban lain. Ketika kita menelaah kembali teori Samuel tentang permusuhan Islam dan Barat, dan bagaimana Islam bisa dimusnahkan, kita menyaksikan semua ini dalam game Clash of Clans.
Dari sisi lain, game Clash of Clans memang bertujuan untuk merusak generasi muda. Dalam game ini, segala sesuatu diukur dengan kekuatan yang kita miliki. Tuhan tidak memiliki peran sama sekali. Peradaban tanpa kekuatan Tuhan. Dan ini sangat bertentangan dengan keyakinan Islam.
Game ini memang didesain begitu indah sehingga kalangan pemuda agamis sekalipun tidak mementingkan masalah ini dan hanya berpikir untuk mengisi waktu luang. Game ini bersumber dari teori perang yang dipelopori oleh Amerika.
(Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar