Nadia Murad, perempuan Yazidi korban budak seks ISIS. (Foto: Reuters)
Nadia Murad, 21, warga Sinjar, Irak utara, korban perbudakan seksual ISIS yang berhasil melarikan diri menceritakan perilaku militan ISIS terhadapnya. Nadia yang diculik dari desanya mengaku dipaksa berdoa sebelum diperkosa militan ISIS.
Nadia yang berasal dari komunitas masyarakat Yazidi berbicara di sebuah universitas di Kairo, Mesir, bahwa dia dijual sebagai budak seks oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Daesh.
Nadia hanya satu dari ribuan perempuan dan anak gadis yang diculik ISIS dan dipaksa menjadi budak seks.“Ketika Daesh memasuki desa saya, mereka membunuh anak-anak, pria tua dan muda,” katanya.
”Keesokan harinya, mereka membunuh para wanita tua dan memimpin gadis-gadis muda, termasuk saya untuk dibawa ke Mosul,” katanya lagi. ”Di Mosul, saya melihat ribuan perempuan Yazidi, di mana mereka didistribusikan ke tuan budak mereka.”
”Di sana saya melihat ‘Daeshi besar’, yang ingin membawa saya. Saya memohon kepada orang lain yang saya lihat dia kecil untuk membawa saya,” lanjut Nadia.
”Tapi dia ternyata kemudian menjadi salah satu orang terburuk yang pernah saya lihat. Daesh menggunakan saya, memaksa saya dan tawanan lainnya untuk berdoa dan kemudian (mereka) memperkosa kami,” imbuh perempuan Yazidi Irak itu, seperti dikutip Daily Mirror, semalam.
”Kami tidak layak diperlakukan layaknya binatang. Mereka memperkosa anak perempuan. Mereka melakukan apa yang di pikiran tidak bisa dibayangkan, dalam apa yang disebut sebagai pengadilan Syariah mereka. Mereka memiliki nama dan nomor telepon kami dari tuan budak kami,” papar Nadia.
”Mereka akan menelepon kami setiap kali mereka ingin menghabiskan waktu dengan kami dan menjual kami,” sambung Nadia yang akhirnya berhasil melarikan diri dari pria yang dia sebut “pemilik budak”. “Saya korban terorisme yang menyamar di bawah jubah Islam,” sindir Nadia terhadap ISIS.
Nadia kini muncul mengadu dan menuntut sikap negara-negara Arab dan negara-negara Islam untuk melawan ISIS atau Daesh. Nadia juga pernah menceritakan pengalaman mengerikan itu di forum PBB.
”Tidak ada agama yang menerima perbudakan perempuan dan perkosaaan terhadap anak-anak. Kami memiliki hak untuk menuntut sikap global yang bersatu karena kita berbagi nilai-nilai satu sama lain dari kemanusiaan,” ujarnya.
(Sindo-News/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar