Semenjak Raja Salman berniat mundur dari kekuasaannya dan ingin menempatkan anaknya “Muhammad bin Salman” selaku Menteri Pertahanan dan Wakil Putera Mahkota ke posisi Raja. Perang kekuasaan di Arab Saudi semakin Intensif.
Dilansir dari kantor berita "New Eastern Outlook” dalam sebuah laporannya menulis “Semenjak adanya kabar perihal niat Raja Salman yang ingin mundur dari kekuasaannya dan ingin menempatkan anaknya “Muhammad bin Salman” yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Wakil Putera Mahkota ke posisi Raja, perang kekuasaan di Arab Saudi semakin Intensif”. Menanggapi hal ini, Muhammad bin Nayef sang Putera Mahkota mengatakan bahwa tindakan Raja Salman ini merupakan sebuah pelanggaran terhadap adat Arab Saudi.
Berbagai sumber di sekitar negara Saudi mengungkapkan bahwa Raja Salman sedang berusaha mengambil simpati Dewan Pelantikan Saudi untuk menyingkirkan Muhammad bin Nayef. Namun anggota-anggota dewan tersebut yang kebanyakan terdiri dari pangeran-pangeran sepuh dan kerabat dekat Raja Salman yang mereka semua adalah orang-orang konservatif, walaupun sebagian dari mereka setuju untuk melanggar adat Saudi dengan alasan demi kepentingan negara.
Akan tetapi peluang Raja Salman untuk megambil suara terbanyak dari Dewan Pelantikan Saudi sangatlah lemah.
Karena masalah ini, tersebar rumor bahwa di Riyadh khususnya pembentukan kudeta di Riyadh akan dilakukan, atas dasar ini Raja Salman akan mengangkat dan memperkenalkan puteranya yaitu Muhammad bin Salman sebagai Raja Saudi yang baru tanpa persetujuan Dewan Pelantikan Saudi.
Dengan beberapa argumen, yang menunjukan bahwa semua skenario ini akan disimpulkan sebelum akhir Februari nanti, walaupun tindakan ini sebagian besarnya tidak mewakili kerajaan Saudi, akan tetapi kemungkinan besar jika tidak ada tindakan atas hal ini minoritas Syiah dengan segera akan melakukan revolusi dan karena merosotnya harga minyak kemungkinan cadangan uang kas negara akan habis.
(New-Eastern-Outlook/Shabestan/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar